Mohon tunggu...
Misbahuddin Moerad
Misbahuddin Moerad Mohon Tunggu... Dosen, Traveling dan Pendaki

Pendaki Gunung

Selanjutnya

Tutup

Trip

Rawon, Angin Malam, dan Sunyi di Taman Bungkul

17 Oktober 2025   13:49 Diperbarui: 17 Oktober 2025   13:49 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Taman Bungkul./Koleksi: Misbah Moerad."

Malam menurunkan kesibukannya perlahan saat kami tiba di Taman Bungkul. Lampu-lampu taman berpendar lembut, memantulkan cahaya ke dedaunan yang bergoyang pelan diterpa angin malam Surabaya. Suasana ramai, tapi tak riuh, penuh keluarga, muda-mudi, dan pedagang kaki lima yang menjajakan aroma menggoda.

Kami memilih duduk di salah satu bangku taman, tak jauh dari warung rawon yang katanya paling terkenal di sini. Uap panas dari mangkuk rawon mengepul, berpadu dengan aroma bawang goreng, sambal, dan sedikit wangi jeruk limau. Satu sendok pertama langsung menegaskan kabar itu benar, rasanya gurih, pekat, dan nikmat. Di bawah langit Surabaya, rawon malam itu terasa seperti penutup sempurna dari perjalanan panjang kami hari ini.

Sambil menikmati suapan demi suapan, pandangan saya sempat tertuju ke arah pojok taman. Di balik pepohonan dan pagar sederhana, ada sebuah bangunan kecil dengan kubah hijau --- makam Sunan Bungkul. Banyak pengunjung yang mungkin tak tahu, bahwa taman yang ramai ini dulunya adalah area makam seorang wali, tokoh penyebar Islam di masa kejayaan Majapahit.

"Bercengkrama dengan kekasih dan kerabat./Koleksi: Misbah Moerad."

Saya menatapnya sejenak, lalu kembali ke rawon yang mulai mendingin. Ada sesuatu yang menarik di sini: Surabaya selalu menyimpan dua sisi, semangat modern yang hidup berdampingan dengan jejak sejarah yang tenang. Bahkan di tengah taman yang penuh tawa anak muda, sejarah tetap bernafas dalam diam.

Malam semakin larut, tapi suasana Taman Bungkul justru makin hidup. Lampu hias, tawa pengunjung, dan suara pedagang yang menawarkan minuman hangat membuat kota ini terasa begitu akrab. Kami mengakhiri malam dengan senyum, kenyang oleh rasa, dan hangat oleh kenangan.

"Suasana Taman Malam hari./Koleksi: Misbah Moerad."

Dari WR Supratman hingga Bung Tomo, dari Tugu Pahlawan hingga kapal Pasopati, dan kini di taman tempat Sunan Bungkul beristirahat, Surabaya menunjukkan satu hal sederhana: semangatnya tak pernah padam, baik dalam perjuangan, dalam doa, maupun dalam semangkuk rawon hangat di malam yang damai.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun