Mohon tunggu...
Misbahuddin Moerad
Misbahuddin Moerad Mohon Tunggu... Dosen, Traveling dan Pendaki

Pendaki Gunung

Selanjutnya

Tutup

Trip

Laut, Angin, dan Cerita Bodong Menuju Wakatobi

11 Oktober 2025   16:31 Diperbarui: 11 Oktober 2025   16:31 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DRAF PERJALANAN: 

"Di Atas Kapal Menuju Wakatobi"

Kali ini, perjalananku ke Wakatobi terasa berbeda. Bukan dengan kapal pelni besar yang ramai dan berlapis dek, tapi kapal swasta --- lebih kecil, lebih tenang, dan entah kenapa terasa lebih hidup. Jumlah penumpang bisa dihitung dengan jari, sebagian besar nelayan atau pekerja yang sudah akrab satu sama lain. Suasananya hangat, seperti menumpang di rumah terapung.

Angin laut menerpa wajah sejak kapal mulai bergerak meninggalkan dermaga Buton. Suaranya lembut di telinga, diiringi deburan ombak kecil yang menampar lambung kapal. Aku duduk di tepi dek, menatap laut luas yang membentang sampai ke garis horizon. Matahari menggantung tinggi, dan sinarnya memantul di permukaan air seperti kilau serpihan kaca.

Di kapal ini, waktu terasa berjalan lebih lambat. Tak ada musik, tak ada keramaian. Hanya percakapan seadanya antar penumpang --- tentang ikan, harga solar, dan kabar keluarga di pulau seberang. Aku memilih diam, mendengarkan, sambil menikmati aroma laut yang sesekali bercampur dengan bau asin tali tambat dan kayu basah.

Saat sore mulai datang, laut berubah warna. Dari biru terang menjadi keemasan. Burung-burung laut melintas rendah, dan di kejauhan tampak bayangan samar pulau-pulau Wakatobi. Airnya semakin jernih, seperti kaca yang menampakkan karang di dasar. Aku tersenyum kecil --- beginilah cara terbaik menuju Wakatobi, perlahan dan menyatu dengan alam.

"Indahnya Lautku./Koleksi: Misbah Moerad."

Sesampainya di sana, suasana daratannya tak kalah menarik. Di antara deretan rumah dan warung kecil, mataku justru tertarik pada pemandangan tak biasa: motor-motor besar berjejer gagah di pinggir jalan. Dari Harley klasik sampai motor Jepang keluaran lama, semuanya kinclong, tapi... tanpa surat. Seorang warga bilang sambil tertawa, "Itu motor bodong, Pak. Koleksi pejabat dari Makassar. Dipanasin cuma kalau Agustusan."

Aku ikut tertawa. Di satu sisi lucu, di sisi lain unik --- deretan motor yang tak bisa melaju di jalanan, tapi tetap berdiri gagah di halaman rumah. Sementara laut Wakatobi di belakang mereka berkilau tenang, seolah tahu bahwa yang paling hidup di sini bukan hanya keindahan alamnya, tapi juga kisah kecil di baliknya.

Terletak di tenggara Sulawesi, taman nasional yang memukau ini menyajikan pesona bawah laut yang tak tertandingi, menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati laut yang menakjubkan. Nama "Wakatobi" merupakan kependekan dari empat pulau utamanya, yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun