Mohon tunggu...
Misbahuddin Moerad
Misbahuddin Moerad Mohon Tunggu... Dosen, Traveling dan Pendaki

Pendaki Gunung

Selanjutnya

Tutup

Trip

Setapak Menuju Langit: Catatan Perjalanan ke Bukit Kaladan

10 Oktober 2025   13:09 Diperbarui: 10 Oktober 2025   13:09 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Raja Ampatnya Kalimantan Selatan./Koleksi: Misbah Moerad."

Catatan Perjalanan 

Bukit Matang Kaladan -- Menyapa Langit di Atas Riam Kanan

Pagi itu matahari baru naik malu-malu di balik pepohonan. Kabut tipis masih menempel di dedaunan ketika kami mulai menapaki jalan setapak menuju Bukit Matang Kaladan, yang terletak di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Dari Martapura, jaraknya sekitar satu jam perjalanan --- tidak jauh, tapi cukup membuat punggung terasa kalau belum sarapan kopi.

Mobil kami berhenti di tepian Waduk Riam Kanan. Angin lembut dari air membuat suasana adem. Di depan sana, bukit-bukit hijau berjajar seperti dinding alam. Seorang warga yang kami temui bilang pelan, "Naik pelan aja, pak... di atas indahnya bikin lupa capek."
Dan memang benar.

Jalur pendakian Matang Kaladan bukan panjang, tapi lumayan menanjak. Beberapa titik agak licin karena embun pagi, tapi suasananya tenang --- cuma suara burung, desir angin, dan langkah kaki di tanah lembab. Di beberapa tikungan, mulai tampak permukaan waduk yang tenang, memantulkan langit yang biru muda.

Begitu sampai di puncak, rasanya semua lelah langsung hilang. Pemandangan 360 derajat terbentang di depan mata: air Riam Kanan berkelok di antara pulau-pulau kecil hijau, dikelilingi perbukitan yang berlapis-lapis sampai ke ufuk. Sungguh seperti miniatur Raja Ampat di jantung Kalimantan Selatan.

"Gugusan pulau pulau kecil terlihat dari atas./Koleksi: Misbah Moerad."

Kami duduk di atas batu besar, membuka bekal air mineral dan sepotong roti. Tak ada musik, tak ada riuh, cuma alam yang bicara lewat keheningan. Angin dari lembah meniup pelan, membawa aroma daun basah dan kayu hutan.

Di bawah sana, Waduk Riam Kanan bukan sekadar indah --- ia juga punya cerita. Waduk ini dibangun sejak era 1970-an, untuk kebutuhan listrik dan irigasi. Tapi seiring waktu, ia menjelma jadi ikon wisata alam Banjar. Banyak warga setempat yang mengandalkan wisata ini untuk kehidupan sehari-hari: jadi pemandu, penjaga warung, atau tukang ojek yang mengantar wisatawan ke kaki bukit.

Sore menjelang, cahaya matahari berubah keemasan, memantul di air dan pepohonan. Dari atas sini, waktu terasa berhenti. Saya teringat pesan almarhum bapak:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun