Momen Foto dan Keheningan
Setelah badan kembali hangat, kami menyempatkan waktu untuk berfoto di sekitar area 0 KM. Kabut turun makin tebal, menutupi sebagian latar belakang hutan pinus --- justru menciptakan suasana yang dramatis di setiap jepretan.
Senyum anak-anak tertutup sedikit oleh napas putih mereka, sementara istri saya sibuk menyiapkan pose di depan tugu kecil itu.
Tak jauh dari sana, terlihat beberapa pendaki yang baru turun dari Lawu, wajah mereka lelah tapi bahagia. Dari ekspresi mereka, saya seperti bisa merasakan kedamaian yang hanya bisa didapat dari perjalanan panjang di gunung.
Cemoro Kandang: Bukan Sekadar Titik Nol
Bagi sebagian orang, tempat ini mungkin hanya sekadar pemberhentian singkat sebelum atau sesudah mendaki. Tapi bagi kami, Cemoro Kandang punya daya tenang yang unik.
Suara angin, kabut yang menari, dan pemandangan lembah di kejauhan menciptakan keheningan yang menenangkan pikiran.
Sesaat kami hanya diam, menikmati setiap hembus udara dan suara alam yang terdengar pelan --- sesuatu yang jarang bisa didapat di tengah hiruk-pikuk kota.
Penutup
Kami menghabiskan hampir satu jam di 0 KM Cemoro Kandang sebelum akhirnya turun kembali ke arah Tawangmangu.
Di perjalanan pulang, jalan berkabut dan hawa dingin membuat suasana makin syahdu.
Perjalanan kali ini bukan hanya soal tempat yang dikunjungi, tapi juga tentang momen-momen kecil di antara perjalanan --- duduk minum kopi di pinggir jalan, tertawa sambil berfoto di udara dingin, dan menikmati waktu tanpa tergesa.
Cemoro Kandang mungkin hanyalah titik nol di peta pendakian,
tapi bagi kami, di sanalah perjalanan justru terasa lengkap.