Seri Artikel "Epic Trip Jawa Tengah"
Destinasi  31 : Museum Radya Pustaka
Setelah menelusuri semangat perjuangan di Gedung Joeang '45, kami sekeluarga lanjut ke tempat yang lebih tenang, tapi nggak kalah bersejarah --- Museum Radya Pustaka, yang terletak di Jl. Slamet Riyadi, Kota Surakarta (Solo).
Katanya, museum ini bukan sekadar tempat menyimpan benda-benda tua, tapi juga "lemari besar" yang menyimpan ingatan panjang tentang Jawa, budaya, dan sejarah bangsa.
Begitu masuk, suasananya langsung adem. Bukan karena AC, tapi karena auranya penuh wibawa.
Bangunannya bergaya kolonial Jawa klasik, dengan halaman yang luas dan pepohonan rindang --- cocok banget buat yang mau healing sambil belajar sejarah (versi orang bijak).
Sejarah Singkat yang Bikin Kagum
Museum Radya Pustaka didirikan pada 28 Oktober 1890 oleh Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV, yang waktu itu menjabat sebagai pepatih dalem Kasunanan Surakarta.
Artinya, museum ini sudah berdiri bahkan sebelum Indonesia merdeka, dan tercatat sebagai museum tertua di Indonesia.
Nama "Radya Pustaka" sendiri berasal dari bahasa Jawa, artinya perpustakaan kerajaan --- tempat menyimpan berbagai naskah, pusaka, dan benda bersejarah milik kerajaan Surakarta.
Dulunya museum ini berada di kompleks Keraton Surakarta, tapi pada tahun 1913 dipindahkan ke lokasi sekarang di Jl. Slamet Riyadi.
Di dalamnya, ada berbagai koleksi menarik: mulai dari naskah kuno Jawa, keris, wayang kulit, arca Hindu-Buddha, hingga perabotan peninggalan bangsawan masa lalu.
Yang unik, museum ini juga menyimpan patung Ronggowarsito --- pujangga besar Jawa yang dikenal lewat karya-karyanya tentang filsafat hidup.
Salah satu kutipannya bahkan terpajang di dinding museum: "Urip iku mung mampir ngombe."Â Yang artinya, hidup itu hanya singgah untuk minum. Kalimat sederhana, tapi dalam banget kalau dibaca pas haus.
Suasana Hari Itu