Gen Z sering mengalami stres akibat penghasilan yang minim, sedangkan milenial yang sudah berada di posisi manajerial kerap merasa burnout karena tekanan kerja yang tinggi.Â
Situasi ini membuat banyak dari mereka mencari alternatif untuk menjaga keseimbangan hidup, salah satunya dengan mengambil jeda kerja melalui micro-retirement.
Stres akibat pekerjaan yang berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.Â
Banyak penelitian menunjukkan bahwa tekanan kerja yang tinggi dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan bahkan penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi dan gangguan jantung.Â
Oleh karena itu, beberapa orang memilih untuk mengambil jeda sejenak untuk menyegarkan pikiran dan kembali dengan energi yang lebih baik.
Selain itu, burnout juga dapat mengurangi produktivitas dan kreativitas seseorang.Â
Dengan mengambil jeda kerja yang terencana, seseorang dapat mendapatkan kembali motivasi dan semangat untuk kembali bekerja dengan perspektif baru.
2. Pengaruh Media Sosial dan FOMO (Fear of Missing Out)
Media sosial memainkan peran besar dalam mendorong tren micro-retirement.Â
Generasi muda sering melihat konten tentang orang-orang yang memilih untuk bepergian, mengeksplorasi hobi, atau mencoba gaya hidup yang lebih bebas.
Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) juga membuat mereka semakin terdorong untuk melakukan hal serupa.Â
Mereka tidak ingin menyesal di kemudian hari karena hanya fokus bekerja tanpa menikmati hidup.Â