Ada sensasi pencapaian yang dirasakan ketika berhasil menemukan koin, meskipun nilainya kecil. Bahkan, kepuasan tersebut sering kali lebih berarti daripada hadiahnya sendiri.Â
Ditambah lagi, melihat orang lain yang sudah mengumpulkan banyak koin bisa memunculkan rasa kompetitif, sehingga pengguna terdorong untuk terus bermain.
Media sosial juga berperan besar dalam memperluas tren ini. Ketika seseorang membagikan pengalaman mereka menemukan koin dan mendapatkan hadiah, orang lain yang melihat cenderung merasa takut ketinggalan (fear of missing out atau FOMO).Â
Akibatnya, semakin banyak orang yang tertarik untuk mencoba aplikasi ini.
Kerusakan Fasilitas Publik
Salah satu masalah terbesar dari fenomena ini adalah kerusakan fasilitas publik. Banyak taman, trotoar, dan ruang terbuka hijau menjadi korban karena dijadikan lokasi berburu koin.Â
Ada yang mencangkul lantai taman karena mengira koin berada di dalamnya, ada pula yang memanjat pohon atau pagar tanpa memikirkan dampaknya.
Fasilitas umum sejatinya dirancang untuk memberikan kenyamanan bagi masyarakat, bukan menjadi arena permainan. Namun, tren seperti ini sering kali mengabaikan fungsi utama dari fasilitas tersebut, yang akhirnya merugikan banyak pihak.
Selain itu, kepadatan di lokasi tertentu juga menjadi permasalahan. Taman kota yang seharusnya menjadi tempat santai justru berubah menjadi arena berburu koin yang penuh sesak.Â
Tidak jarang hal ini mengganggu kenyamanan masyarakat yang hanya ingin menikmati waktu di ruang terbuka hijau.
Budaya Gratifikasi Instan
Fenomena Koin Jagat juga mencerminkan budaya gratifikasi instan yang semakin berkembang di masyarakat. Orang-orang terbiasa mencari kepuasan atau hasil yang cepat tanpa harus bersusah payah.Â
Dalam konteks ini, berburu koin virtual memberikan kepuasan instan, meskipun nilainya kecil dan tidak sebanding dengan usaha yang dikeluarkan.