Salam Petualang,
Saat Tsunami Aceh terjadi tanggal 26 Desember 2004, Saya dan sepuluh orang teman sedang melakukan Touring ke Pamengpeuk Garut, ini adalah Touring Grup kami pertama setelah saya bentuk pada Bulan Agustus 2004, saat itu pagi hari di pantai Pamengpeuk kami sedang bermain bola di pinggir pantai, sedang asyik-asyiknya bermain terlihat seorang nelayan sedang bersusah payah, mencoba merapatkan perahunya ke pantai, beberapa kali dia terserat kembali ketengah, melihat situasi itu.
Secara refleks kami yang sedang bermain bola berhenti menolong nelayan tersebut, gelombang sangat tinggi dan arusnya sangat kencang, sekitar 15 menit sampai 20 menit kami semua menarik perahu nelayan tersebut, kaki saya sampai berdarah terseret batu karang saat mencoba menahan tali yang kami tarik untuk menambatkan perahu tersebut, jumlah kami padahal cukup banyak 12 orang yang menarik perahu tersebut, ombak masih deras dan besar.
Pada tanggal 26 Desember 2004, pukul 7.59, gempa berkekuatan 9,1 sampai 9,3 skala Richter mengguncang dasar laut di barat daya Sumatera antara  20 sampai 25 kilometer di lepas pantai.
Kini saya di Aceh, memasuki Museum Tsunami Aceh, Museum Aceh adalah hasil karya Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat saat ini, saat itu beliau adalah seorang dosen pada jurusan arsitektur di ITB dia memenangkan sayembara merancang Museum Tsunami Aceh yang diselenggarakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias pada tanggal 17 Agustus 2007, Museum Aceh sendiri baru terbuka untuk umum pada tanggal 8 Mei 2009.
Setelah selesai saya keluar dari Museum, untuk melanjutkan melihat Situs Tsunami PLTD Apung, dan berfoto-foto dulu di lokasi ini, kemudian melanjutkan perjalanan, keinginan awal adalah menyeberang menuju titik 0 KM, namun cuaca kurang bersahabat, gelombang agak besar, sehingga saya putuskan membatalkan kunjungan ke titik 0 km, hanya berfoto-foto saja disini.