Mohon tunggu...
Misael
Misael Mohon Tunggu... -

Newbie meski udah bikin dari 2010

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Majalah Bobo, Tetaplah Berkibar bagi Anak Indonesia

15 April 2016   00:03 Diperbarui: 15 April 2016   01:12 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Hari ini adalah ulang tahun dari Majalah Bobo, majalah kenamaan Indonesia yang umurnya tak lagi muda, sudah 43 tahun. Sebentar lagi setelah artikel ini selesai diketik, 14 April berlalu dan... Sudahlah. Salah persepsi pembaca. Tanggal ini dulu tidak hanya menjadi perayaan bagi redaksi Bobo, tetapi juga perayaan bagi warga masyarakat dan anak-anak yang menggemari majalah kelinci itu. 

Tidak ada motivasi lain bagi anak anak untuk membaca majalah itu pada edisi ulang tahun selain melihat idolanya bertengger di halaman belakang, atau sekadar mendapatkan tas dan kotak pensil baru dari Bobo gratis, tak usah meminta ke orang tua yang mahal mahal, lebih baik beli Bobo saja walaupun mahal harga majalahnya - dua kali normal.

Sejarah majalah ini sangat sangat panjang untuk majalah era modern yang eksis - tolong jangan dibandingkan dengan majalah Intisari sang batu letakan Kompas Gramedia, apalagi Hidup Katolik dan surat kabar Panjebar Semangat. Apalagi banyak majalah Kompas Gramedia roboh terkulai semacam Tabloid Bola. Hai saya takutkan menanti roboh juga karena ada lahan iklannya yang KOSONG, iya KOSONG - karena remaja pria jarang yang rela membeli sesuatu demi idola layaknya wanita.

 

Bobo benar-benar bertahan sebagai majalah anak universal di tengah arus majalah yang makin terseok dan sesuatu layak anak semakin berkurang. Dibaca dari Sabang sampai Merauke - dengan bukti keberadaan surat dan kiriman Facebook Bobo berasal dari daerah daerah yang saya saja baru tahu setelah lama hidup.

Sekalipun harga majalah ini semakin dirasa mahal dan saya rasa ada waktunya harus diturunkan Kompas Gramedia dengan terpaksa, isinya tak banyak berubah. Palingan dinamika desain grafis dan karakter Bobo yang bergerak terus dinamis dengan modernisasi. Cerita jualan utama dari zaman masih diasuh Bobo Belanda tak berubah, bahkan sampai ikatan dengan Bobo Belanda tak putus dengan hadirnya Bobo Junior untuk anak TK. Majalah ini juga semakin terlihat berwarna dan hidup dengan warnanya, sekalipun lagi lagi ongkosnya tidak semua anak Indonesia bisa menggapainya.

Anda ingat Bona, Rong Rong (sudah tidak muncul lagi sejak 2015, sisa Bona dan teman barunya)? Anda ingat Keluarga Bobo yang riang gembira? Anda ingat Negeri Dongeng? Anda ingat cerpen dan dongeng khas - kadang ada cerita saduran yang nangkring? Kalau pembaca baru, ingat Boleh Tahu versi infografis? Semua masih ada di Bobo. 

Tetap menjadi bagian dari kisah kasih anak Indonesia. Sampai budaya anak anak menyurati majalah Bobo, mengirim karya ke majalah itu masih eksis. Dianggapnya dengan masuk Bobo bisa dikenal se-Indonesia. Oh, anggapan anak kecil yang terus menghidupkan majalah ini.

Saya hanya berharap majalah ini tetap eksis sebagai majalah top di Indonesia, majalah yang mendidik anak-anak dan tidak boleh sampai keluar jalur. Biarlah beberapa artikel 5 tahunan lalu yang kebanyakan bahas artis remaja menjadi pelajaran agar majalah ini mendidik dan tidak membelokkan anak anak menjadi semakin alay. Sudah jarang hal yang bisa mendidik anak di Indonesia, jarang bacaan bermutu buat anak dan layak disadur untuk guru SD bahkan SMA.

Bobo (dan koran Berani) eksis sebagai media layak anak dengan berbagai cara, salah satu yang membuat penyebarannya sangat efektif ya disebar ke sekolah-sekolah (atau sekolahnya inisiatif beli macam SD saya dulu) dan jadikan majalah wajib baca. Dengan tidak diwajibkan membaca Bobo-nya tetapi ke perpustakaannya (dan tidak boleh membawa perangkat pintar), sebenarnya anak akan baca Bobo dengan sendirinya, selain terpancing dengan gambar, ya jelas ini bacaan ringan bagi anak, tidak seperti ensiklopedia yang tidak semua anak mampu mencernanya dengan benar.

Bobo edisi 14 April 2016

Bobo juga bertahan dengan menggunakan komunitas pembaca lama seperti saya dan Anda barangkali. Mereka menceritakan kepada anak saat masih umur di bawah 10 (saat menyerap informasi paling gila gilaan), "baca Bobo asik loh", dan lain lain. Pembaca senior Bobo juga sering melirik majalah ini karena pengetahuannya, tidak usah capek capek menggali Internet, Anda menemukan pengetahuan baru. 

Pembaca lama ini selalu mendukung Bobo agar tetap hidup di berbagai masa, meski banyak yang kaget ternyata majalah ini masih ada setelah bertahun-tahun tak bersua karena jarangnya agen koran. Pembaca lama membaca Bobo untuk nostalgia, jadi ya jangan heran ada ibu ibu baca Bobo di kereta, jangan ditertawakan karena bisa jadi sedang bernostalgia, atau malah bu guru Bahasa Indonesia mencari soal untuk siswanya...

Maju terus Bobo bagi kecerdasan anak Indonesia! BE O BE O BOBO!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun