Mohon tunggu...
Mirna Basthami
Mirna Basthami Mohon Tunggu... Arsitek - Mirna Basthami

Arsitek lulusan Universitas Islam Indonesia dan Magister di bidang Urban Design lulusan Universiti Putra Malaysia dengan kajian utama Pedestrian Walkway for All. Tertarik pada bangunan tua,kota tua,sejarah kota,Kota Berkelanjutan, dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Stephen Hawking Sang Inspirasi Dunia

17 Maret 2018   08:42 Diperbarui: 17 Maret 2018   09:07 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Live is so fragile. Tidak ada yang tahu kapan kematian akan mendatangi kita. Saya cukup terkejut dengan kematian ilmuwan besar dunia---Stephen Hawking. Masih ingat dibenak saya ketika menonton filemnya hampir setahun yang lalu....Sisi yang menggambarkan bahwa sang profesor pun hanya manusia biasa. Manusia yang mempunyai jiwa.

Manusia yang memerlukan sebuah rasa cinta.  Dan saat ini, seorang manusia yang tak bisa menolak ketika kematian menghampirinya. Mungkin, padahal masih banyak pemikiran dan penemuan yang ingin dikemukakannya ke publik. Tapi sang waktu tak dapat diajak berkompromi seperti ketika dia mengajak kompromi penyakitnya untuk bertahan hidup lebih lama. Apa yang dikatakan sang profesor bahwa bumi tak akan indah tanpa hidup bersama dengan orang-orang yang disayanginya sepertinya jika kita rasakan sungguh kata-kata yang membuat hati ini sedih.  

Lahir pada tahun 1942. Stephen Hawking adalah Profesor matematika di Cambridge. Seorang ilmuwan yang paling brilyan dalam fisika teoritis sesudah Einstein.  Juga sebagai Ketua Royal Society yang merupakan kedudukan yang pernah dijabat Newton. Dengan fisik yang lemah di kursi roda, tanpa bisa berbicara. Hanya bisa berkomunikasi lewat komputer, ia menelorkan teori-teori fisika yang membuatnya sebagai legenda hidup di abad 20. 

Stephen Hawking, sang pemikir dunia. Sang inspirator dunia dengan pemikiran-pemikirannya yang indah. ALS merupakan sebuah penyakit neurodegeneratif progresif yang menyerang sel-sel saraf di otak dan tulang belakang. Penyakit ini juga melumpuhkan neuron-neuron motorik yang memerintahkan otot-otot di tubuh untuk bekerja. Bayang-bayang kematian pun mulai menghantuinya. Memang, biasanya orang-orang yang mengidap ALS setelah didiagnosis akan meninggal dalam dua hingga lima tahun. Berbeda dengan Stephen Hawking. Dia mampu bertahan hidup lebih dari lima puluh tahun sejak didiagnosis penyakitnya. Tidak ada yang menyangka, bonus umurnya begitu banyak. Lima puluh tahun. 

Hawking menyebut bahwa fokus terhadap karya dan pekerjaannya membantu dirinya bertahan lebih lama dengan kondisinya. Baginya, disabilitas bukanlah hambatan serius. "Konsentrasilah pada hal-hal yang tidak dibatasi oleh kondisi disabilitas Anda, dan jangan sesalkan hal-hal yang dihambat oleh disabilitas Anda, ujar Hawking. 

Banyak hal yang bisa kita petik dari kepribadiannya yaitu keberanian, ketabahannya dan ketekunannya telah membuat dia bertahan dari segala penderitaan yang dirasakannya dari penyakitnya. 

Alam semesta ini akan hampa kita rasakan tanpa orang-orang yang kita cintai, ujarnya... Dan karyanya akan tetap hidup hingga bertahun-tahun mendatang. Dan manusia tidak dapat membatasi kemahakuasaan Tuhan. Dia benar-benar memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin dengan segala kekurangannya dengan semaksimal mungkin dengan apa yang diinginkan dan dipikrkannya. Hidup seolah-olah berlaku seperti keesokannya akan meninggalkan dunia sehingga kita bisa mengisinya secara maksimal. Live is so fragile...tidak ada yang tahu kapan kita akan tidak ada di bumi ini dan saya tutup dengan syair sebuah lagu yang berjudul One Moment in Time---lagu tahun 1980-1990 an.

Each day I live
I want to be
A day to give
The best of me
I'm only one
But not alone
My finest day
Is yet unknown

I broke my heart
Fought every gain
To taste the sweet
I face the pain
I rise and fall
Yet through it all
This much remains

I want one moment in time
When I'm more than I thought I could be
When all of my dreams are a heartbeat away
And the answers are all up to me
Give me one moment in time
When I'm racing with destiny
Then in that one moment of time
I will feel
I will feel eternity

I've lived to be
The very best
I want it all
No time for less
I've laid the plans
Now lay the chance
Here in my hands

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun