Meski pakai rempah dan berwarna kecoklatan, tetapi rasanya tak manis dan kuat karena hanya didominasi oleh rasa kecap asin dan bawang. Ayam umumnya dipotong dadu, kuah semurnya tak terlalu banyak, sehingga mie bisa dinikmati secara yamin atau dengan kuah terpisah.Â
Mienya pun memiliki potongan tipis pipih dan agak keriting. Tekstur dan ketebalan mie tentunya penting, karena jika mie jenis ini tebal, bumbu yang minimalis ini dikhawatirkan tidak meresap sepenuhnya. Jadi, jika mie ini tak pakai kecap ataupun saos, rasanya tidak akan terasa ada yang kurang.
3. Mie Ayam Priangan
Kuah semurnya coklat kental karena kecap dan dinetralkan oleh bumbu rempah seperti bawang-bawangan, jahe, daun salam, kemiri, sereh dan sebagainya.Â
Jika komposisi bumbu dan kecap tidak seimbang, semur ayamnya akan terlalu manis atau berwarna pucat. Mie ayam ini kebalikan dengan gaya chinese, paling cocok jika mie tebal karena kuahnya yang kuat dengan penyertaan saos yang hampir wajib dalam jenis ini. Â
Ayam untuk toping umumnya disuwir kasar sehingga mendapat tekstur yang lebih kenyal. Ada pula yang dicincang kasar atau dipotong dadu. Untuk sayur, mie ayam umumnya memakai sawi hijau (sosin dalam basa Sunda), sawi putih, atau kol. Jenis ini kuah yang paling kental jika semua unsur dipenuhi.
Di samping tiga macam ini, saya rasa masih banyak varian lain. Misalnya mie ayam Bangka yang mirip dengan versi chinese tapi menambahkan taoge dan sawi hijau sebagai sayur pelengkap. Saya sendiri baru mencoba sekali sehingga tidak bisa menjelaskan secara rinci.
Dari semua jenis mie ayam di atas, kira-kira jenis manakah yang menjadi favorit sobat Kompasianer? Tambahkan di kolom komentar mie ayam ciri khas daerah Anda atau jika ada jenis yang  belum disebutkan di atas.