Mohon tunggu...
Mira Rahmawati
Mira Rahmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Pemula

Belum tahu apa-apa

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mari Membicarakan Variasi Mi Ayam dengan Khidmat

27 September 2020   18:38 Diperbarui: 30 September 2020   03:42 4298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Satu porsi Mie Ayam Tumini, Giwangan, Yogyakarta yang khas dengan kuah kental manisnya. (sumber: Shutterstock.com via kompas.com)

Saat saya ditanya mengenai makanan, mie ayam adalah salah satu yang paling saya jelaskan dengan antusias. Sayangnya tak banyak yang hasil yang ditemukan ketika saya untuk memperluaskan khazanah pengetahuan saya tentang mie ayam.

Maka dari itu, saya ingin menuliskan pengalaman saya mencicipi mie ayam yang dijual oleh gerobak-gerobak atau kios di pinggiran jalan di daerah-daerah yang pernah saya tinggali/kunjungi, terutama di wilayah priangan. Tulisan ini pun belum tentu akurat karena tidak berlandaskan dari ilmu sejarah atau gastronomi yang mendalam.

Saya tak tahu kapan dan jelasnya mie ayam ditemukan, tetapi yang jelas mie ayam ini merupakan turunan dari bakmi, yang awalnya menggunakan minyak atau daging babi. Namun, karena mayoritas masyarakat tidak memakan babi, maka daging dan lemak diganti dari bahan ayam. 

Mie sendiri hasil budaya tiongkok yang dibawa oleh mereka yang pindah dan tinggal di Nusantara. Mie khas daerah pun bermunculan, mulai mie aceh, mie celor, soto mie, dan variasi lainnya. Tapi yang jadi bintang utama kali ini adalah mie dengan pugasan (topping) ayam.

Mie ayam mungkin jenis yang paling sering dijumpai, mulai dari gerobak sampai restoran. Hal terpenting dalam makanan ini adalah mie, sayur, dan daging ayam semur. Untuk pelengkap mie ayam, pedagang biasanya menambahkan bakso, pangsit, atau jamur yang biasanya dipadukan dengan ayam.

Meski dianggap seragam, mie ayam memiliki variasi dan ciri khas bergantung penjual dan daerahnya. Dari penggunaan bahan, proses pembuatan, hingga cara penyajian. Namun, sebetulnya hal ini pun bukan suatu pakem khusus dalam membuat resep. 

Pedagang gerobak atau kios pinggir jalan umumnya memiliki resep yang ia dapat, lalu dimodifikasi sendiri sehingga memiliki rasa yang berbeda dari satu pedagang dengan yang lain, kecuali dari pedagang yang berasal dari pemilik waralaba yang sama. 

Dan di antara semua, ada tiga "jenis" mie ayam atau lebih tepatnya "pola" yang sering dijumpai dan kebetulan saya sering cicipi.

1. Mie Ayam Jawa

Mie Ayam Bakso Sulur | travelingyuk.com
Mie Ayam Bakso Sulur | travelingyuk.com
Mie ayam jenis ini paling sering saya jumpai dari pedagang yang berasal dari Jawa, dan saat saya di Jawa Tengah. Jenis ini pun biasanya dijual oleh pedagang bakso Solo. Kuah semur dari mie ayam ini umumnya berwarna coklat kekuning-kuningan karena pengaruh kecap dan kunyit.  

Ukuran mie umumnya sedang, tidak terlalu tebal atau tipis. Kuah biasa disatukan dengan mie. Kuah semurnya andungan kecapnya tidak terlalu banyak, rempah, sereh, kemiri, jintan, atau daun jeruk. Rasanya berat karena banyak rempah yang digunakan.

2. Mie Ayam Chinese

Mie Ayam Chinese | http://resepmieayam.blogspot.com
Mie Ayam Chinese | http://resepmieayam.blogspot.com
Mie ayam ini pertama saya jumpai di Jakarta, karena saya di daerah Bandung dan sekitarnya mie ayam gerobak didominasi oleh gaya Jawa atau Priangan. Hal yang paling saya sukai dari jenis ini adalah rasa yang simpel. 

Meski pakai rempah dan berwarna kecoklatan, tetapi rasanya tak manis dan kuat karena hanya didominasi oleh rasa kecap asin dan bawang. Ayam umumnya dipotong dadu, kuah semurnya tak terlalu banyak, sehingga mie bisa dinikmati secara yamin atau dengan kuah terpisah. 

Mienya pun memiliki potongan tipis pipih dan agak keriting. Tekstur dan ketebalan mie tentunya penting, karena jika mie jenis ini tebal, bumbu yang minimalis ini dikhawatirkan tidak meresap sepenuhnya. Jadi, jika mie ini tak pakai kecap ataupun saos, rasanya tidak akan terasa ada yang kurang.

3. Mie Ayam Priangan

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Mie ayam jenis ini paling sering saya jumpai di kampung halaman saya di Garut dan daerah priangan lain seperti Bandung, Sumedang, Ciamis, dan Tasikmalaya. 

Kuah semurnya coklat kental karena kecap dan dinetralkan oleh bumbu rempah seperti bawang-bawangan, jahe, daun salam, kemiri, sereh dan sebagainya. 

Jika komposisi bumbu dan kecap tidak seimbang, semur ayamnya akan terlalu manis atau berwarna pucat. Mie ayam ini kebalikan dengan gaya chinese, paling cocok jika mie tebal karena kuahnya yang kuat dengan penyertaan saos yang hampir wajib dalam jenis ini.  

Ayam untuk toping umumnya disuwir kasar sehingga mendapat tekstur yang lebih kenyal. Ada pula yang dicincang kasar atau dipotong dadu. Untuk sayur, mie ayam umumnya memakai sawi hijau (sosin dalam basa Sunda), sawi putih, atau kol. Jenis ini kuah yang paling kental jika semua unsur dipenuhi.

Di samping tiga macam ini, saya rasa masih banyak varian lain. Misalnya mie ayam Bangka yang mirip dengan versi chinese tapi menambahkan taoge dan sawi hijau sebagai sayur pelengkap. Saya sendiri baru mencoba sekali sehingga tidak bisa menjelaskan secara rinci.

Dari semua jenis mie ayam di atas, kira-kira jenis manakah yang menjadi favorit sobat Kompasianer? Tambahkan di kolom komentar mie ayam ciri khas daerah Anda atau jika ada jenis yang  belum disebutkan di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun