Mohon tunggu...
Mira Rahmawati
Mira Rahmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Pemula

Belum tahu apa-apa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjuangan Malcolm X, Martin Luther King, dan Black Lives Matter

7 September 2020   14:14 Diperbarui: 7 September 2020   14:44 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Martin Luther King (kiri) dan Malcolm X (kanan) | vox.com

Tanggal 24 maret 1964 merupakan hari bersejarah dalam perjuangan orang-orang kulit hitam di Amerika. Pasalnya, Martin Luther King dan Malcolm X, dua pemimpin pergerakan yang sangat berbeda pandangan bertemu untuk pertama kalinya sekaligus terakhir kalinya. 

Meskipun pertemuan itu hanya berlangsung sekitar satu menit, tetapi foto-foto mereka menjadi simbol rekonsiliasi dari dua kekuatan kulit hitam yang berbeda. Mereka dikenal karena cara-caranya dalam memperjuangkan hak-hak sipil kulit hitam yang sangat bertentangan meskipun untuk tujuan yang sama.

Malcolm X adalah seorang Afro-Amerika yang lahir tahun 1925 di Nebraska dengan nama lahir Malcolm Little. Ia dikenal sebagai salah seorang tokoh Nation of Islam yang dipimpin Elijah Muhammad yang memperjuangkan hak-hak muslim kulit hitam di Amerika. 

Malcolm pernah menyatakan bahwa kaum kulit hitam harus mandiri dan melawan pada kekuasaan kaum kulit putih yang membuat mereka menjadi "masyarakat kelas kedua". Ia juga adalah orang yang mngharuskan adanya segresi atau pemisahan kehidupan antara kaum kulit hitam dan kaum kulit putih.

Akibat pernyataan-pernyataannya, Malcolm menjadi tokoh yang kian populer di kalangan ghetto atau kaum minoritas. Namun, di sisi lain, kritik pedasnya terhadap golongan kulit hitam yang tunduk pada peraturan penguasa (kulit putih) menjadikannya sebagai tokoh kontroversial. 

Ia menyebut golongan gerakan perjuangan tanpa kekerasan itu sebagai Uncle Tom, karakter karya Harriet Beecher Stowe yang digambarkan sebagai budak yang terlalu tuntuk pada majikan. 

Ia pun berpendapat bahwa golongan yang dipimpin oleh pendeta Marti Luther King ini mengajarkan kulit hitam menjadi orang-orang tanpa daya tahan (defendless) karena Martin "dibayar" oleh kaum kulit putih.

"The white man pays Reverend Martin Luther King, subsidises Reverend Martin Luther King, so that Reverend Martin Luther King can continue to teach the negroes to be defenceless. That's what you mean by non-violent: be defenceless. Be defenceless in the face of one of the most cruel beasts that has ever taken a people into captivity. That's just the American white man." (Orang kulit putih membayar dan mensubsidi Pendeta Martin Luther King agar ia bisa terus mengajarkan para negro untuk tidak berdaya. Itulah yang dimaksud dengan tanpa kekerasan: tanpa daya tahan. Tidak berdaya di hadapan salah satu binatang paling kejam membawa orang-orang ke dalam kurungan).

Martin Luther King lahir di Georgia, 15 Januari 1929. Berkaitan dengan  pernyataan Malcolm atas dirinya, Martin Luther King tetap pada pendirian untuk memperjuangkan hak-hak sipil kulit hitam dengan cara gerakan tanpa kekerasan (non-violent movement). 

Ia pun menolak undangan yang debat yang dikirim oleh Malcolm X untuk berdiskusi atas masalah rasial yang tengah dihadapi saat itu. Namun, pada akhirnya King tak memenuhinya. 

Berbeda dengan Malcolm yang menginginkan segresi, lewat pidatonya yang terkenal, "I have a dream", Martin menyampaikan keinginananya agar kaum kulit hitam dan kaum kulit putih hidup berdampingan dengan damai. Ia pun pernah berpendapat bahwa pernyataan-pernyatan Malcolm hanya berisi kata-kata mutiara tanpa memberi solusi dalam masalah-masalah yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun