Â
Pertumbuhan industri tekstil yang semakin meningkat dari tahun ke tahun juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya dan telah menyumbang 2-3% dari Pendapatan Domestik Bruto dari seluruh dunia namun juga merupakan penyumbang terbesar polusi lingkungan.
Air limbah dari industri tekstil mengandung penyebaran polutan yang sangat berbahaya dan bertahan lama di lingkungan dan menciptakan ancaman serius bagi lingkungan yang dikenal sebagai Air Limbah Industri Tekstil/ Textile Industry Waste Water (TIWW). Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Dalam sistem perairan, TIWW mengurangi aktivitas proses kimia dan kandungan unsur kimia terlarut, menyebabkan kondisi hipoksia yang berdampak negatif pada setiap flora dan fauna. Â Beberapa pewarna tekstil diketahui bersifat resintan, sangat beracun, karsinogenik, mutagenik, dan membuat alergi terhadap semua atau makhluk hidup, seperti pewarna kongo merah. Oleh karena itu, pewarna dari TIWW perlu diolah secara memadai sebelum dibuang ke badan air.
Pada umumnya, metode yang digunakan untuk degradasi pewarna limbah buangan cair Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia menggunakan metode kimia-fisik seperti metode adsorpsi, filtrasi, fitoremidiasi, fotokatalis.
Naimah et al (2014) melakukan penelitian terkait degradasi pewarna limbah cair industri tekstil menggunakan metode kimia-fisik yakni metode fotokatalitik menggunakan nanokomposit TiO2-Zeolit. Perbandingan optimum ketika TiO2:Zeolit adalah 40:60 dengan degradasi maksimal untuk pewarna kuning dan biru serta pada limbahnya secara langsung masing-masing 99,9%; 99,8%; 98,4%.
Apakah ada yang salah dengan metode tersebut? Tidak!
Bahkan memiliki persentasi hasil degradasi mendekati sempurna.
Melainkan, tidak selaras dengan pedoman Policy Guidance Manual on Wastewater Management by United Nation (ESCAP) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 menyatakan bahwa cara pengolahan limbah buangan cair industri tekstil harus optimal, ekonomis dan ramah lingkungan.
Seperti contoh, Kishor et al (2021) melakukan penelitian Bacillus cohni (RKS9) dapat diisolasi dari TIWW dan efektif terhadap degradasi zat warna kongo merah selama 12 jam yakni 99% (100 mg/L) dan efektif dalam menurunkan beberapa indikator pencemaran seperti warna ADMI (93,87 %), BOD (86,02), COD (77,35%), fenol (68,55%), TOC (67,25%), TDS (66,75) dan TSS (60,34%). Uji fitotoksitas juga dilakukan, pertumbuhan kecambah paling optimal dengan TIWW menggunakan isolasi bakteri. Dapat disimpulkan, mikroorganisme yang diisolasi dari bakteri RKS9 cukup efektif untuk degradasi/detoksifikasi TIWW dan metode yang digunakan yakni metode biologi sesuai dengan arahan kebijakan limbah buangan cair yang berlaku.