Mohon tunggu...
Mira Marsellia
Mira Marsellia Mohon Tunggu... Administrasi - penulis kala senggang dan waktu sedang luang

You could find me at: http://miramarsellia.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Salah Jurusan Bukan Berarti Salah Asuhan

24 Februari 2013   03:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:48 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13616844471252817229

[caption id="attachment_245278" align="alignnone" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Ya iyalah. Kentara banget ya dari judul di atas, bahwa apa yang ada di otak yang nulis lagi tidak nyambung. Biarin. Salah jurusan bisa jadi kesalahan pemilihan dalam penentuan jurusan konsentrasi pelajaran, atau bisa juga salah jurusan kendaraan angkutan umum, dan salah asuhan adalah novel karya Abdul Muis , sastrawan angkatan Balai Pustaka. Saya sih memaksudkan disini bahwa salah jurusan dalam pengambilan konsentrasi pelajaran bukan berarti bencana, bukan berarti kiamat, dan bukan berarti kita jadi kudu nyanyi The End of The World lagunya The Carpenters itu -walaupun lagu itu emang enak dinyanyikan kalau lagi galau. Lalu gimana ceritanya kalau the damage has done? kerusakan sudah kadung terjadi. Sudah salah milih jurusan padahal biaya yang dikeluarkan sudah besar, dan waktu sudah berlangsung sementara teman-teman kita sepertinya sudah bersiap meniti tangga kesuksesan? Jangan panik. Kalau memang ortu banyak duit dan kita juga bertipe manusia nothing to loose, ya cuek aja. Gantilah jurusan lain selagi sempat sewaktu umur belum lagi merapat. Anggap saja bersekolah itu bersenang-senang membuang uang. Dapat ilmu sukur, ga dapat moga-moga nemu jodoh. Tapi ini ekstrem ya. You shouldn’t try this at home. Ini contoh manusia super cuek dan ignorant. Saya suka menyesak di dada, kalau ada anak yang dengan santainya berganti jurusan semudah berganti kaus dalam. Padahal sewaktu dia masuk ke perguruan tinggi tersebut, kemungkinan dulu pas masuk sudah menyingkirkan orang yang ingin sekali duduk di bangku yang dia lalaikan itu. Jadi, memang pemilihan jurusan kuliah sesuai bakat, kemampuan dan minat itu adalah hal yang perlu dipikirkan masak-masak. Saya pun mengesal pada orang yang pinter. Lho. Jadi misalnya ada orang yang saking pinternya dan banyak duitnya, dia ikut ujian masuk dimana-mana, lalu santai saja akhirnya hanya memilih satu. Ealah, milih jurusan kok coba-coba. Eh ini sih contohnya nyata lho. Oke dia pinter sih ya.  Jadi  dia diterima di perguruan tinggi favorit  A, B, dan C namun akhirnya memilih Fakultas Kedokteran. ABCnya tidak ada yang nyambung. Teknik Industri, Akuntansi, Teknik Komputer. Lah akhirnya malah jadi dokter. Sebenarnya cita-cita awalnya apa sih?. Eh malah curcol. Oke kembali ke bagaimana kalau kita sudah mengambil suatu jurusan namun ternyata tidak sreg? Tugas-tugasnya mengerikan, teman-teman ga ada yang asik, dan kita tidak mengerti apa yang kita pelajari. Pingsan. Eh jangan pingsan. Nikmati saja. Kobarkan semangat dalam diri bahwa tidak ada yang sulit untuk dipelajari kalau kita punya keyakinan dan niat. Kalau kita lemah dalam pelajaran tertentu, ya cari cara untuk bisa menaklukannya. Teman yang pintar, guru-guru atau dosen yang bisa diajak diskusi, atau mencari sendiri cara belajar yang paling efektif. Bila kita masuk ke jurusan yang kurang favorit, juga jangan rendah diri. Toh itu pilihan kita sesuai bakat dan kemampuan. Tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat. Makanya dibikin jurusan tersebut kan karena ada manfaatnya. Soal kerja dan soal prestise?. Halah nonsen.  Ga mesti lulus kuliah kudu kerja di perusahaan orang, daripada pusing nyari kerja, bikin saja lapangan kerja sendiri. Hehe kayak gampang aja ya? Tapi yakin jugalah, bahwa kesulitan atau kemudahan itu tergantung cara pandang kita sendiri. Gimana mempelajarinya? Tenang saja, kehidupan sendiri yang akan mengajari kita. Boro-boro soal pilih jurusan, dalam bekerja pun kadang orang suka berpikir, kerjaan ini tidak cocok, perusahaan ini kurang keren, dan sebagainya, yang menjadikan orang menjadi kutu loncat. Kalau loncatnya makin tinggi karena membal ke tempat yang lebih atas sih mending. Lha kalau loncat-loncat di tempat? Itu lah yang sering membuat orang mandek dalam berkarir. Karena ketidakfokusannya. Jujur saya tukang salah jurusan. Dari kuliah sampai kerja, saya merasa saya salah jurusan.  Saya dulu tidak suka kuliah di akuntansi dan saya tidak suka mempelajari perpajakan. Saya mendapat nilai buruk dan saya bermusuhan dengan dosen yang selalu mengatakan saya mengganggu kredibilitasnya dalam hal saya suka mangkir mengerjakan tugas-tugas. Dari situ saya merasa tertantang, dan di akhir masa kuliah saya menggenjot kecintaan saya dalam belajar sesuatu yang tidak saya suka. Akhirnya sih cukup manis, walau IPK sudah tidak tertolong lagi karena awal-awal sudah jeblok dan tidak bisa diulang. Dan rupanya ada karma dalam membenci pelajaran. Saya malah bekerja di departemen yang cocok sekali dengan yang saya benci waktu kuliah. Akuntansi dan perpajakan. Saya merasa dikutuk. Namun teman saya ada yang mengatakan, cintailah pekerjaanmu dan kesuksesan akan menyusul. Ternyata kuliah dan bekerja itu seperti pernikahan. Cintailah apa yang kita punya dan apa yang kita kerjakan, passion itu akan datang dengan sendirinya. Ternyata sekarang saat saya tidak bekerja lagi di bagian yang saya tidak suka tersebut, apa yang sudah saya pelajari dan saya kerjakan, tetap menjadi referensi dan membantu pekerjaan saya di bidang yang sekarang saya tekuni. Ternyata memang tidak ada ilmu yang sia-sia. Pada waktunya juga akan indah kalau sudah seharusnya demikian. **Renungan ngawur pagi hari sambil nunggu masakan matang di dapur** catatan pinggir: Walau saya dulu bekerja di departemen akuntansi dan perpajakan, saat saya ingin sekolah lagi saya mengambil juruan ilmu komunikasi. Lucunya, teman-teman saya satu departemen beberapa orang malah ikut-ikutan saya kuliah ilmu komunikasi juga. Becandaan alias joke pribadi kita adalah jurusan akuntansi dan jurusan ilmu komunikasi itu sebenarnya sama-sama harus bikin jurnal.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun