Acaraki Terrace terletak di Gedung Kertaniaga persis di sebelah Museum Sejarah Jakarta. Jika peracik kopi disebut Barista, maka peracik jamu disebut Acaraki. Istilah Acaraki berasal dari salah satu prasasti di jaman Majapahit yang merupakan prasasti berisi catatan nama profesi di jaman tersebut.
Seorang Acaraki memperlihatkan kami cara mengolah dan membuat jamu secara modern dengan menggunakan alat-alat yang biasa digunakan dalam membuat kopi. Kami diberikan kesempatan untuk mencoba jamu yang menjadi andalan Acaraki.Â
Saya yang kurang menyukai jamu namun ternyata bisa jatuh cinta setelah meminum jamu tersebut. Jamu yang dibuat di Acaraki bahkan sudah dibuat dalam bentuk kaleng dan dinamakan Golden Sparkling.Â
Selain itu di Acaraki selain kita bisa menikmati seduhan jamu yang dihargai 25 - 35 ribu dengan suasana kafe yang nyaman, bersih dan sangat estetik dengan adanya rak yang berisi buku-buku maupun benda-benda antik yang terpajang. Selain bisa menikmati jamu, kita juga bisa membeli serbuk jamu dan sabun yang dibuat dari ampas jamu.
Dikarenakan waktu yang terbatas yang saya dan Tita miliki. Tita yang punya keluarga dan saya yang masih harus melakukan absen pulang kantor, maka trip Koteka hanya bisa kami ikuti sampai Acaraki saja. Berat rasanya apalagi masih banyak tempat yang belum bisa kami singgahi beserta teman-teman trip Koteka.
Perjalanan Singkat Purwakarta - Jakarta, dari jam 11 siang hingga tiba jam 7 malam di Purwakarta dan waktu 2 jam yang kami miliki di Kota Tua Jakarta. Singkat namun memberikan banyak kesan dan bahagia untuk saya.Â
Rasa lelah dalam perjalanan terbayar dengan keseruan dan kegembiraan selama mengikuti acara. Tidak ada kata capek ketika kami berjalan yang ada kami bisa bertukar pikiran bahkan jadi saling kenal.Â
Kompasiana tidak hanya sekedar sarana kami menulis, Koteka tidak hanya sekedar komunitas Trip belaka namun yang utama adalah sarana kami menjalin silaturahmi dan bertukar cerita khususnya cerita perjalanan kami.Â