Mohon tunggu...
Mira Miew
Mira Miew Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Purwakarta yang jatuh hati dengan dunia kepenulisan dan jalan-jalan

Menulis adalah panggilan hati yang Tuhan berikan. Caraku bermanfaat untuk orang banyak adalah melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ke Jakarta untuk Ibadah I'tikaf di Masjid Agung Sunda Kelapa

30 April 2021   20:32 Diperbarui: 30 April 2021   20:42 4404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : dokumentasi pribadi

Di hari-hari terakhir bulan Ramadan ini ada satu kegiatan yang sangat saya rindukan yaitu melakukan I'tikaf. I'tikaf yang berarti berdiam diri di masjid dengan niat utama adalah beribadah kepada Allah terutama sebagai moment untuk muhasabah dan instrospeksi diri atas perbuatan-perbuatan yang pernah kita lakukan.

I'tikaf biasanya dilakukan di malam hari dan di saat bulan Ramadan biasanya dilakukan pada saat 10 hari terakhir bulan Ramdhan dengan tujuan utama adalah meraih keutamaan Lailatul Qadar. Yang dilakukan pada saat I'tikaf selain shalat wajib, juga melakukan shalat sunah, memperbanyak dzikir, membaca Qur'an dan ibadah lainnya.

Sebelum pandemi dan masih bebas ke luar kota, ada satu masjid yang menjadi pilihan utama saya untuk melakukan I'tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Masjid itu terletak di Jakarta Pusat dan merupakan salah satu masjid bersejarah bagi kota Jakarta yaitu Masjid Agung Sunda Kelapa.

Semenjak sering mengunjungi kota Jakarta dan kemudian mencari tempat ibadah sekaligus tempat istrirahat, saya langsung jatuh cinta dengan masjid ini dan memilih masjid ini untuk melaksanakan I'tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadhan setelah pertama kali melakukannya dan kemudian bikin nagih untuk beribadah I'tikaf di masjid ini. 

Selain berada di pusat kota Jakarta, banyak sekali histori dan sisi menarik dari masjid yang terletak di Jalan Sunda Kelapa -- Menteng, Jakarta Pusat.

Masjid ini tidak mempunyai kubah

Tidak seperti masjid pada umumnya, di Masjid Agung Sunda Kelapa ini tidak memiliki kubah ataupun simbol bintang dan bulan seperti yang biasa kita temui di masjid-masjid lainnya. Atap masjid dibuat mirip seperti perahu sebagagai simbol Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan tempat menyebarkan agama Islam di jaman penjajahan. Selain itu, seperti dikutip dari wikipeda, bentuk perahu adalah makna simbolik kepasrahan seorang muslim. Bagaikan orang duduk bersila dengan tangan menengadah, berdoa mengharap rahmat dan kasih sayang-Nya.

Dibangun tahun 1960-an

Area masjid ini sebelum di bangun merupakan suatu taman yang luas namun kemudian karena saat itu hanya terdapat Gereja di Menteng yang dibangung tahun 1936. Setelah terjadinya pemberontakan G30S/PKI, masyarakat area Menteng merindukan kehidupan yang lebih Islami dan ingin mempunyai tempat ibadah di sekitar area tempat tinggal mereka. Maka pada tahun 1960, masjid ini dibangun oleh seorang Arsitek lulusan ITB yang bernama Ir. Gustaf Abbas. Namun selama pembangunan banyak mengalami kendala dan baru rampung pada tahun 1970-an.

Kenyamanan Ibadah diutamakan

Yang membuat saya takjub dari masjid ini adalah, masjidnya selalu bersih begitu pula dengan tempat wudhu perempuan yang luas dan toiletnya yang bersih. Tersedia pula tempat penitipan sepatu atau sandal entah itu di lantai bawah ataupun di lantai atas atau ruang ibadah utama masjid Sunda Kelapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun