Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Awaludien
Muhammad Iqbal Awaludien Mohon Tunggu... Penulis - Penulis konten suka-suka!

Berbagi informasi dan gagasan. Tergila-gila pada sastra, bola, dan sinema. Email: iqbalawalproject@gmail.com Blog: https://penyisirkata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sakit!

20 November 2017   14:06 Diperbarui: 20 November 2017   14:37 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sakit sudah menjadi "senjata ampuh" untuk membuat siapa pun maklum. Sejak masa sekolah misalnya, sakit adalah yang paling ditoleransi dibanding izindan alpa. Pun setelah memasuki masa kerja, sakit biasanya dimafhumi sebagai termbahwa seorang karyawan boleh tidak menunaikan kewajibannya. Sakit tidak akan membuat seorang pelajar ataupun pekerja terkena sanksi.  

Karena keampuhannya sebagai kondisi yang harus dimengerti, tak heran kalau sakit sering kali dijadikan alasan untuk mangkir. Dieksploitasi dan dimanipulasi sedemikian rupa untuk menghindari kewajiban: Karena sedang malas dan ogah masuk kerja, dibuatlah alasan sakit oleh karyawan. Karena tugas kuliah belum selesai padahal harus dipresentasikan hari itu juga, seorang mahasiswa pura-pura sakit.Dan karena ingin menghindari penangkapan petugas antirasuah, salah satu politikus tersangka korupsi tiba-tiba saja (jatuh) sakit.

Sakit dalam konteks tersebut sudah keluar dari makna yang semestinya dari perspektif kebahasaan. Pasalnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian sakit adalah berasa tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu (demam, sakit perut dan sebagainya). Artinya, sakit adalah kondisi yang tidak diinginkan karena membuat tubuh tidak nyaman. Bukan dibuat-buat, dimanipulasi.

Lema sakit dalam Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia pun mendukung hal itu. Sakit berkelindan dengan perasaan-perasaan yang sering kali menyiksa manusia antara lain, nyeri, pedas, pedih, perih, merana, rapuh, rentan, kecewa dan putus asa. Belum lagi kalau sudah dibubuhi imbuhun pe-, sakit menjadi kata benda yang merujuk ke ragam konsep dalam kesehatan yang bisa membuat panas dingin dompet dan pikiran; penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit kanker, penyakit kelamin, penyakit gula. Memangnya mau menderita sakit karena semua itu? Tentu tidak bukan!  

Jadi sungguh terlalu jika sakit hanya dijadikan sebuah kepura-puraan untuk lari dari tanggung jawab. Orang yang seperti ini pasti belum sampai ke tahap bersyukur, kalau anugerah kesehatan yang kita miliki saat ini adalah kenikmatan tak terkira dari Tuhan Yang Maha Esa. Sebab, sungguh, setangguh, sekuat, sekaya, setampan, secantik, dan sekeren apa pun seseorang, tidak akan mau sakit, terkena penyakit, ataupun merasa sakit. Sakit (yang bener!) akan membuat kita tak berdaya. Kalau sukanya pura-pura sakit, mungkin orangnya sedang mengalami sakit yang lain.

Ilustrasi gambar: nasional.kompas.com 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun