Mohon tunggu...
Paijo Panduprodjo
Paijo Panduprodjo Mohon Tunggu... Konsultan - jangan bosan untuk berbuat baik

Pernah mengajar di Universitas Jember, pernah menjadi konsultan Proyek SEQIP (Science Education Quality Improvement Project) dan DAPS (Disaster Awareness in Primary School). Peduli pada pengembangan IPA melalui pembelajaran yang berbasis pada fakta dan konsep serta tidak berdasarkan pada hafalan semata. Metode pembelajaran IPA yang berbasis pada NGAJARI dan bukan NGABARI akan lebih membuat anak-anak kita menjadi cerdas dan lebih dekat dengan Tuhan karena dalam setiap pembelajaran IPA konsep apapun selalu bisa menyertakan keagungan Tuhan dalam setiap penyampaiannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kegiatan DAPS

7 September 2015   16:09 Diperbarui: 7 September 2015   17:59 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kata DAPS agak asing ditelinga awam, itu adalah singkatan dari Disaster Awareness in Primary School sebuah kegiatan untuk membantu para guru SD untuk menyelamatkan siswa bila terjadi bencana pada jam sekolah. Kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama antara Pemerintah RI dengan Pemerintah RFJ (Republik Federal Jerman). DAPS dimulai tahun 2005 dan berakhir sekitar 2010 dengan Tim Leader Pak Dieter dibantu para konsultan lokal dari berbagai latar belakang (Perguruan Tinggi, LSM, dan GLG).

Saya beruntung bisa bergabung dengan kegiatan ini sebagai konsultan lokal. Tugas saya mendampingi dan melatih para guru SD untuk memahami bencana dan belajar mencari cara untuk menyelamatkan para siswa apabila terjadi bencana pada jam sekolah. Sekilas kegiatan ini sepertinya buang-buang uang karena tidak ada bencana namun kita berlatih menyelamatkan diri dengan cara yang tepat agar tidak menjadi korban dari akibat bencana, sebagian peserta juga menganggap kegiatan ini seperti menantang bencana untuk datang, sebagian lagi berpendapat bahwa bencana adalah takdir Tuhan yang notabene jangan dilawan karena bisa berakibat lebih buruk. Namun semua pandangan berubah ketika kami bersama-sama selama tiga hari berlatih bersama. Sasaran dari kegiatan ini adalah sekolah-sekolah yang berada di kawasan rawan bencana. Setiap kegiatan diterjunkan dua konsultan untuk menanganisatu tempat kegiatan.

Kegiatan dimulai dengan memahami pengertian bencana, menganalisis tanda-tanda awal bencana, mengidentifikasi daerah aman di sekolah dan di kelas, memahami karakter bencana, melatih diri melakukan tindakan penyelamatan diri yang tepat bila terjadi bencana, merancang kegiatan pelatihan yang rutin agar timbul tindakan reflek yang tepat untuk menyelamatkan diri dengan cara yang disetujui bersama. Semua unsur dalam sekolah dari Kepala Sekolah sampai penjaga sekolah terlibat dalam kegiatan ini secara aktif.

Hasilnya? Masyarakat sekolah paham bahwa bencana ada yang bisa diprediksi dan ada yang tidak bisa diprediksi tentang waktu terjadinya, memahami potensi bencana apa yang kemungkinan bisa terjadi di daerahnya. Mereka juga paham apa yang disebut dengan daerah aman dan daerah berbahaya di sekolah dan diruang kelas. Para Guru dan siswa paham apa yang harus dilakukan secara tepat sebelum terjadi bencana, pada saat terjadi bencana, dan setelah terjadinya bencana. Memahami PPPK (Pertemuan Pertama Pada Kecelakaan) untuk memberikan pertolongan pertama kepada anggota sekolah yang mengalami luka, patah tulang atau terbakar) sehingga memudahkan kepada petugas kesehatan untuk memberikan perawatan lanjutan.

Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah untuk mengurangi jatuhkan korban jiwa. Itulah sebabnya kegiatan semacam ini harus ditindak lanjuti dengan pelatihan rutin agar kemudian menjadi kegiatan reflek yang benar untuk menyelamatkan diri bila terjadi bencana. Kegiatan juga dilakukan kepada sekelompok warga setingkat RW agar masyarakat juga paham tentang tindakan yang tepat dalam upaya menghindarkan diri dari menjadi korban akibat dari bencana.

Postingan akan dilanjutkan dengan mengupas detil daripertahapan kegiatan agar lebih jelas dan bisa dijadikan petunjuk praktis bagi semua wargga masyarakat. Dengan demikian masyarakat menjadi tidak panik ketika terjadi bencana dan dapat melakukan tindakan penyelamatan diri yang tepat dan hal itu akan memberikan kontribusi ada minimalnya jumlah korban. Kegiatan ini bukan untuk melawan bencana namun hanya mengelola kejadian bencana. Kegiatan ini juga bukan digunakan untuk melawan takdir Tuhan namun hanya bentuk upaya maksimal untuk tidak menjadi korban dan apabila kemudian masih menjadi korban maka barulah kita bisa menyebut itu takdir. Harapannya akan terbentuk sekolah yang tanggap bencana, dan masyarakat yang juga tanggap bencana. Tentu pemerintah akan merasa terbantu dengan kegiatan ini apalagi bila semua kalangan masyarakat ikut serta memberikan pencerahan tentang bencana dan bagaimana mengelolanya kepada masyarakat di sekitarnya.Hidup di derah yang rawan bencana seperti di Indonesia memang perlu mengenali bencana dan menyikapi dengan cara yang cepat dan tepat. (Bersambung..)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun