Mohon tunggu...
Min Adadiyah
Min Adadiyah Mohon Tunggu... Ahli Gizi - nakes ahli gizi, pembelajar manajemen abadi

Penata Impian (karena yakin Sang Maha selalu realisasikan impian kita)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Saat KLB Kembali Melanda

19 Juni 2021   11:48 Diperbarui: 19 Juni 2021   11:58 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi memang belum berakhir, namun beberapa waktu lalu sempat terjadi penurunan angka kejadian yang cukup signifikan. Setidaknya, itu yang saya rasakan ketika dalam beberapa bulan terakhir suasana di tempat kerja cenderung ayem. Tidak ada lagi karyawan yang bergejala dan harus isolasi. Kami pikir kami telah sampai pada tahap adaptasi kebiasaan baru. Kami mulai merasa bahwa bisa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat  pertemuan  fisik dalam skala kecil. Tentu masih tetap memperhatikan protokol kesehatan. 

Pasca lebaran pun, relatif tidak ada perubahan yang berarti. Jumlah pasien masih tetap stabil, terutama untuk di ruang-ruang yang melayani covid. Angkanya justru menurun, relatif tidak pernah melebih 13 tempat tidur. Maka, ketika ada undangan pertemuan kedinasan yang sifatnya bertemu fisik (non daring) dan bapak direktur mengutus kami mendampingi, kami mulai berani datang. Untuk pertama kali nya kami bertemu secara fisik dengan hampir  semua kepala puskesmas dan semua direktur RS. 

Dalam forum itu juga secara terbatas, kami mendengar bahwa beberapa kepala puskesmas mulai bisa mengarahkan keluarga-keluarga dengan hasil  swab positif tanpa gejala melakukan isolasi mandiri. Kami merasa sangat bersyukur atas situasi tersebut. Sekali lagi kami berekspektasi, inilah kebiasaan baru yang mungkin telah berhasil diterapkan. Bahkan  ketika bertemu ibu direktur RSUD, mendengar beliau juga menyampaikan bahwa saat ini dari 60 TT yang disediakan hanya terisi sekitar 20 an. Legalah kami ini meskipun tak juga mengendorkan 5 M. Itu pada tanggal 27 Mei 2021.

Secara pribadi, kamipun mulai menerima undangan-undangan pesta pernikahan. Tetap bermasker, tetap cuci tangan, dan tetap tidak saling bersentuhan. Kalaupun ada yang bersalaman, segera setelah itu kami berusaha cuci tangan atau mengenakan hand sanitizer. Meski demikian masih ada kemungkinan titik lengah yaitu pada saat makan. Karena itu kami berusaha mensiasati dengan tidak makan (yang otomatis membuka masker)  jika di sekitar kami ada orang lain yang kami tidak yakin dengan kondisi nya. 

Dan semua itu berubah pada tanggal 15 Juni 2021. Setelah beberapa hari sebelumya kemungkinan menambah  tempat tidur untuk pasien covid baru merupakan sebuah wacana, maka pada siang hari di tanggal tersebut ruang isolasi tambahan benar-benar harus dibuka. Rekruitmen relawan pun dilakukan untuk dapat mengoptimalkan pelayanan. Lonjakan pasien benar-benar terjadi. Kami membuka kamar tambahan, demikian pula di RSUD. 

Setelah sekian lama suasana tenang dan karyawan semua aman, tiba-tiba memasuki pekan ke tiga bulan Juni ini beberapa orang mengalami gejala. Menurut informasi dari tim covid, sebagian besar  berasal dari cluster keluarga. Artinya, karyawan ini tertular bukan dari  pasien yang dilayani tapi berasal dari keluarga mereka  yang positif lebih dahulu. Bergejala terlebih dahulu. Darimana  keluarga mereka tertular? Entahlah, tapi  pintu masuk itu menjadi sangat banyak. Masker  yang dibuka saat di pesta, bertemu orang lain di toilet umum, bersama dalam kendaraan umum atau bahkan bersama dalam kendaraan kantor  tanpa tahu riil kondisi masing-masing  bisa menjadi pintu masuk terjadinya penularan.  

Ini yang berbeda dari sebelumnya. Kita tak tahu lagi  cara memutusnya. Sesuatu yang membuat prihatin. Penularan masih berlangsung tapi sebagian  pula sudah abai. Dan kali ini kita tidak bisa lagi menyampaikan, "Anda di rumah saja, biar kami yang bekerja."

Sebagian orang yang tadinya  masih bisa menahan diri untuk tidak keluar rumah tak lagi bisa ditahan. Mereka merasa harus bekerja, mereka merasa harus kembali beraktivitas. Dan kami juga tak lagi merasa mampu  berjuang sendirian. Anda berjuang, kami pun berjuang. 

Kami hanya tahu, kami tak boleh lelah. Kami tetap  harus melayani dengan semampu kami, seoptimal yang kami bisa. Kami benar-benar tak bisa menyeru  anda di rumah saja biar kami yang bekerja, karena kami paham, anda pun membutuhkan harus bekerja sebagaimana kami juga bekerja.

Hanya saja pesan kami, tetaplah jaga protokol kesehatan, tetaplah bermasker, tetaplah rajin cuci tangan, tetaplah makan bergizi, tetaplah jaga jarak karena kita tak pernah tahu siapa membawa apa. 

Anda berjuang, kamipun berjuang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun