Mohon tunggu...
Min Adadiyah
Min Adadiyah Mohon Tunggu... Ahli Gizi - nakes ahli gizi, pembelajar manajemen abadi

Penata Impian (karena yakin Sang Maha selalu realisasikan impian kita)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemungut Sampah Itu Seorang Sarjana

3 Juni 2021   09:17 Diperbarui: 3 Juni 2021   09:51 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiga bulan yang lalu, Hanna membuka lowongan untuk menjadi relawan di instansinya. Sebuah lowongan yang antimainstream bagi lingkungan kantornya. Selama ini istilah relawan tidak cukup dikenal dalam hirarki struktur kepegawaian. 

Umumnya karyawan yang ada di instansinya adalah karyawan tetap atau karyawan kontrak. Namun Hanna bersikukuh bahwa relawan ini akan menjadi salah satu jenis ketenagaan yang win win solution. 

Maka setelah serangkaian diskusi yang cukup panjang,  direktur memberikan ijin pada Hanna untuk melakukan rekruitmen relawan ini dengan catatan tetap memperhatkan kaidah-kaidah kepegawaian yang standar. Hanna juga diminta untuk tetap melakukan kolaborasi intens dengan Adinda manajer Sumber Daya Insani. Itu adalah sebuah kompromi yang baik karena kemudian Hannya dan Adinda bisa berkolaborasi untuk melakukan rekruitmen relawan. 

Kali ini mereka akan merekrut relawan kesehatan lingkungan. Kolaborasi ini akan memudahkan Hanna dalam memperoleh SDM tambahan, sementara Adinda tidak akan merasa terbebani karena dengan merekrut relawan, beban kepegawaian tidak akan sebesar jika merekrut karyawan tetap. 

Selama 10 hari rekruitmen diumumkan, Hanna dan Adinda sama-sama terkejut dengan hasilnya. Mereka menerima lebih dari 300 berkas surat lamaran. Di satu sisi mereka senang karena open rekruitmen ini mendapat respon yang antusias, di sisi lain mereka merasa miris dengan betapa di sekitar mereka ada banyak orang yang belum terserap ke dunia kerja dan menginginkan posisi ini. 

Keduanya kemudian sepakat untuk meringkas jumlah pelamar ini dengna seleksi administratif. Pelamar yang akan diprioritaskan adalah alamat terdekat dengan kantor mereka, ada rekomendasi dan menyajikan riwayat hidup atau curriculum vitae yang menarik. Tak bisa dipungkiri, meski proses ini telah diupayakan dengan seobyektif mungkin namun selalu ada saja sisi subyektif yang muncul. 

Pada hari ke 5 setelah open recruitment ditutup, mereka telah mendapatkan 15 pelamar yang nantinya akan mendapat kesempatan untuk tes wawancara. Hanna tahu bahwa Adinda masih setengah hati dalam menjalankan proses ini, sebab Adinda tidak pernah melakukan seleksi seperti ini sebelumnya. 

Melakukan rekruitmen relawan benar-benar hal baru dalam sejarah pekerjaan Adinda selama hampir 25 tahun ini. Namun Hanna bersyukur, Adinda tetap mau membersamai Hanna memproses semua berkas itu. Ditemani  oleh Nadia staf di unit Hanna, mereka mempersiapkan proses test selanjutnya. 

Hari yang ditetapkan pun tiba. Mereka melakukan wawancara di 3 ruang yang berbeda. Hanna bertugas menyampaikan pendalaman mengenai pekerjaan yang akan mereka jalani, Adinda mewawancarai untuk mendalami motivasi para pelamar dan Nadia mencermati sisi psikologis para pelamar ini. Hasilnya mereka kumpulkan dan kemudian mereka diskusikan. 

"Aku menemukan sisi yang menarik pada berkas ini. Dia seorang sarjana biologi lho." ujar Hanna antusias sambil menyodorkan salah satu berkas yang sedang dipegangnya. Adinda mengangguk. Orang ini kemarin juga sempat diwawancarainya. "Dirimu melihat keseriuasan nya untuk menempati posisi ini ?" tanya Hanna sambil menoleh ke arah Nadia. Nadia mengangguk. 

"Iya bu. Beberapa kali saya sampaikan bahwa ini posisi relawan dan bukan karyawan tetap, tapi dia tetap mengiyakan." sahut Nadia. 

"Dan bahkan dia mengatakan, kalau saja posisi yang ditawarkan adalah karyawan tetap, dia justru tidak akan mau, karena dia mencari posisi sebagai relawan." ujar Adinda perlahan. "Dia ibu rumah tangga dengan dua orang anak, mungkin itu yang mendorongnya untuk mencari posisi non karyawan." lanjut Adinda. Hanna mengangguk. 

"Apapun alasannya atau latar belakangnya, dia mau untuk mengambil posisi ini ya? Sebagai relawan kesehatan lingkungan. Padahal dia tahu persis bahwa pekerjaan ini akan berhubungan dengan segala seluk beluk mengurus dan memungut sampah. Di sini aku kagum sekaligus hormat padanya. Dia bisa menjadi jauh lebih keren dari kita yang karyawan biasa." ucap Hanna perlahan. Matanya menerawang. 

Hanna tahu bahwa keputusan mereka merekrut relawan ini bukan hal biasa, tapi lebih tidak biasa lagi karena justru di dalam proses rekruitmen ini mereka menemukan sesuatu yang berbeda. Di benak para relawan ini ternyata tersimpan jiwa besar yang sangat bersahaja. Hanna bertekad akan terus memperbaiki hubungan baik dengan para relawan ini. Dirinya perlu belajar banyak dari mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun