Mohon tunggu...
Ludwi Winardi
Ludwi Winardi Mohon Tunggu... -

Extraordinary person wanna be | Husband of Amazing Woman | Father of 3 Remarkable Sons | Love Travelling, Networking, Reading & Sport

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jakarta dan Seoul: Refleksi Sebuah Kepemimpinan

20 Oktober 2014   17:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:23 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413775822496272737

Belum lama ini perhelatan akbar dibidang olahraga pada skup regional Asia telah selesai diselenggarakan dengan sukses di Incheon Korea Selatan, walaupun tidak tampil sebagai kampiun, sang tuan rumah tampaknya telah berhasil mendemonstrasikan banyak kemajuan yang telah dicapai negara tersebut keseluruh dunia melalui perantara ajang olahraga lima tahunan yang umum dikenal dengan Asian Games tersebut.

Lihat saja bagaimana media-media dengan masifnya turut memberitakan tidak hanya keberlangsungan agenda kegiatan tersebut, tapi juga turut menginformasikan dengan gamblang kemajuan negara Korea Selatan dibidang industri Otomotif, IT, bahkan budaya K-Pop yang kini mendunia-pun tak luput dari pemberitaan. Paling tidak hal itu yang saya dapati dari salah satu media koran nasional kita yang setiap harinya memberikan porsi khusus satu lembar hanya untuk menginformasikan keberhasilan bangsa Korea Selatan saat sekarang ini.

Keberhasilan Korea Selatan saat ini salah satunya berakar dari budaya etos kerjanya yang sangat tinggi dengan menjunjung semangat kerja keras secara konsisten. Bila ingin mengetahui bagaimana semangat dan etos kerja masyarakat Korea Selatan, coba saja tilik sebentar bagaimana lingkungan kerja perusahaan-perusahaan multinasional Korea Selatan yang ada, sepupu saya pernah merasakan bagaimana sangat gigihnya kerja-kerja orang Korea dalam mencapai tujuan suksesnya.

Dan faktor lain yang memberikan andil saham kemajuan bangsa Korea Selatan adalah kepemimpinan yang kuat dan berani.

Sejarah Korea Selatan tentunya akan mencatat era kepemimpinan Presiden ketiganya Park Chung-hee (1961-1979) yang berkontribusi besar bagi pondasi kemajuan Korea Selatan. Walaupun cenderung bergaya otoriter, pada eranya, Park membidani lahirnya sebuah periode ekonomi yang sangat pesat di Korea Selatan yang kemudian menjadi awal kebangkitan kemajuan bangsa Korea Selatan setelahnya.


Periode ini kemudian disebut sebagai era 'Keajaiban di Sungai Han', sebuah sebutan istilah yang merujuk pada periode pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, industrialisasi, pencapaian teknologi, urbanisasi, pembangunan gedung-gedung pencakar langit, modernisasi, globalisasi dan kebangkitan teknologi yang terjadi di Korea Selatan dari puing-puing Perang Korea, penjajahan Jepang atas Korea dan Perang Dunia Kedua menjadi sebuah negara makmur yang maju.

Peta jalan yang dilakukan oleh Park waktu itu tidak sepenuhnya berjalan mulus karena jalan industrialisasi yang dipimpinnya yang dimulai dengan kebijakan membangun industri dasar seperti baja, otomotif, dan galangan kapal serta mendirikan sebuah pabrik baja besar di Pohang (Pohang Iron and Steel Company-POSCO) yang kemudian menjadi pemasok utama baja berkualitas sebagai penopang industrialisasi Korea Selatan, mendapatkan pertentangan keras dari Bank Dunia dan Amerika Serikat.

Namun dengan keberanian dan keyakinannya Park terus melangkah maju melawan pertentangan tersebut yang nyatanya kemudian terbukti berhasil, pada era inilah awal embrio munculnya perusahaan-perusahaan raksasa dalam skala global semisal Hyundai, Kia, Samsung, dan LG. Sampai akhirnya pada tahun 1999, Park terpilih sebagai salah satu dari sepuluh "Asia Abad Ini" oleh majalah Time.

Setelah era Park yang fenomenal, muncul kemudian Lee Myung-bak (2008-2013) yang berperan meningkatkan visibilitas dan pengaruh Korea Selatan di arena global.

Sosok Lee adalah contoh pemimpin yang patut dijadikan cerminan karena memiliki rekam jejak yang sempurna dan dilengkapi dengan kerja-kerja nyata serta prestasi. Berangkat dari keluarga miskin, Lee muda awalnya adalah seorang tukang sampah yang harus mendorong gerobak sampahnya sampai berkilo jauhnya.

Sebelum memasuki gelanggang politik, Lee memulai karier dari nol selama 27 tahun di Hyundai, salah satu perusahaan konglomerat terbesar di Korea Selatan bahkan termasuk perusahaan terbesar di dunia yang lahir di masa 'Keajaiban di Sungai Han', sampai akhirnya menjadi orang nomor satu di perusahaan multinasional tersebut.

Setelah melepaskan jabatannya sebagai CEO yang berhasil menorehkan tinta emas, Lee terjun ke dunia politik dengan menjadi anggota senat dan kemudian berlanjut menjadi Walikota Seoul.

Pada jabatan Walikota Seoul inilah karier politik Lee mulai bersinar terang dengan prestasi-prestasi yang luar biasa dan kemampuannya mengubah wajah Kota Seoul secara radikal dari semrawut dan macet, menjadi kota yang rapi, hijau, berkelas, minim macet dan menjadi kota bisnis dan wisata yang sangat layak dikunjungi, bahkan menjadi rujukan bagi kota-kota lain di dunia.

Salah satu dari pemikirannya yang radikal dan kontroversial serta mendapat banyak pertentangan adalah program kerja merestorasi Kali Cheonggye, yang alirannya mengalir ditengah Kota Seoul. Kali Cheonggye merupakan bagian penting dari sejarah Kota Seoul, kali ini melambangkan kemiskinan yang pernah dialami masyarakat Seoul pada dekade sebelumnya dan kemudian setelahya menjadi saksi keberhasilan industrialisasi dan modernisasi Korea Selatan.

Dari kedua profil kepemimpinan tersebut kita dapati contoh penapakan karir yang cukup sempurna karena rekam jejak dan prestasi nyata sehingga seseorang diakui dan dianggap layak menjadi wakil rakyat, dan pemimpin rakyat.

Lantas pertanyaannya adalah bagaimana kemudian dengan bangsa kita tercinta Indonesia??

Ketika Indonesia menghelat sebuah momentum akbar pemilihan presiden waktu lalu, Saya dan sekian puluh juta pemilih yang ada mengharapkan sosok seperti Park Chung-hee yang berani ini muncul dan memberikan kontribusi bagi pondasi kemajuan Indonesia kedepannya. Seseorang yang mampu lantang berkata 'go to hell with your aid' kepada para pemilik-pemilik modal jahat bermuka dua yang semata-mata mengeruk keuntungan demi kepentingannya. Seseorang yang mampu memberdayakan kekuatan bangsa sendiri demi kemajuan dan kemandirian bangsa.

Namun ternyata takdir menetapkan skenario yang berbeda, sekian puluh juta lebih pemilih lainnya cenderung untuk memilih memenangkan kontestan lainnya dengan background berbeda.

Dan ketika berkaca pada presiden terpilih kali ini, saya melihat munculnya sosok Lee Myung-bak yang adalah keduanya sama-sama seorang sipil mantan seorang pegiat entrepreneur dan juga mantan pemimpin ibukota sebuah negara, walaupun masih terdapat ruang perdebatan mengenai ukuran keberhasilan yang telah dicapai oleh presiden terpilih kita pada masa jabatan sebelumnya sebagai pemimpin pemerintahan di ibukota negara.

But hey....

Apapun itu, semua sudah berjalan dan proses yang telah dilalui bangsa ini sebagai salah satu tahapan pendewasaanya sudah pula kita jalankab bersama dalam kerangka perbedaan yang semoga memberi rahmat. Bukan pula ini semua adalah sebuah akhir dunia dimana pengharapan itu telah sirna, karena hari ini kita sama-sama gantungkan harapan itu kepada presiden terpilih yang akan dilantik dalam beberapa jam kedepan dengan pengawasan kita semua.

Selamat atas pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih...

Dan selamat untuk Indonesia...

Semoga kesejahteraan; kemakmuran dan keberkahan senantiasa meliputi bumi

pertiwi yang sama-sama kita cintai ini...

-----
Salam Semangat!!
@ludwinardi | http://ludwinardi.com

#ilustrasi: internet

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun