Berdasarkan hal tersebut, dapat kita ambil pelajaran bahwa hijrah itu dilakukan atas dasar keimanan, serta dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan semata-mata dilakukan untuk berharap rahmat Allah SWT yang bersifat al ghafur dan ar-rahiim.
Diketahui ataupun tidak, jelas pengaplikasian makna hijrah yang terjadi di zaman now ini tentu sangat berbeda dengan anjuran Hijrah yang di ajarkan oleh agama. Di zaman now hijrah hanya terpaku pada penampilan cara berpakaian dan panggilan ukhti dan akhi. Dalam hal ini tentu sangat meresahkan bagi agama sendiri. Penampilan modis bukan anjuran dan juga bukan bagian hijrah yang di ajarkan oleh agama.
Menariknya lagi, banyak di berbagai kalangan yang sangat memperhitungkan pakaian sebagai kunci menuju hijrah yang haqiqi. Tanpa mereka sadari bahwa perbuatan yang mereka lakukan adalah merupakan perkara khilaf yang tiada dasar atas pakaian tersebut adalah pakaian benar yang diajarkan oleh agama Islam. Misal niqob/cadar, celana cingkrang dll.
Hijrah secara kontekstual tidak semata dikaitkan dengan pergerakan/perpindahan fisik dari satu wilayah ke wilayah lain, melainkan segala bentuk upaya, ikhtiar manusia untuk berubah menjadi lebih baik lagi, meninggalkan dan memutuskan segala perbuatan (atau hal-hal) yang bersifat jahiliyah, kegelapan, menuju kebaikan yang islami, sesuai dengan tuntunan dan kaidah agama.
Hijrah kok gitu?
Benarkah begitu Hijrah?
Seperti apa Hijrah anda?
Pertanyaan ini tidak dapat terhelak kan untuk fenomena hijrah yang terjadi pada kaum milenial saat ini.
Mari Muhasabah diri dan
Pahami makna hijrah yang syar'i, sesuai dengan tuntunan Rasulullah bukan para YouTubers yang mencari penghasilan dengan cara mempromosikan trend pakaian terbaru dengan tembelan kata hijrah!?.
