Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Teras Gedung Tua, 13 Tahun Kemudian

30 April 2016   22:24 Diperbarui: 30 April 2016   22:39 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KETIKA reformasi menggema di Tanah Air, anak-anak muda kampung kami dengan suara  lantang meneriakkan perlunya pemekaran daerah. Dalam berbagai kesempatan, waktu dan ruang, anak-anak muda yang berasal dari berbagai disiplin ilmu itu secara kontinyu meneriakkan, menggemakan dan mensosialisasikan keinginan memiliki daerah yang dipimpin sendiri oleh putra daerah mereka. Sosialisasi dan publikasi terus menerus dinyanyikan terutama lewat koran lokal yang mulai mengisi hari-hari denyut kehidupan masyarakat daerah ini.

Malam itu di sebuah gedung tua peninggalan masa kolonial Belanda, anak-anak muda itu berkumpul. Sinar rembulan memancarkan sinarnya yang indah dan benderang ke dalam nurani anak-anak muda ini.

“Saya ingin kawan-kawan semua satu tekad dan satu hati. Kabupaten kita harus terbentuk, apapun risikonya. Hanya dengan menjadi daerah otonom, masyarakat daerah ini akan sejahtera,” kata salah seorang tokoh pemuda bernama Bujang. “Apalagi potensi daerah kita ini sangat luar biasa. Berbagai data dari BPS dan survei-survei telah membuktikan fakta bahwa daerah ini sangat layak dan pantas menjadi sebuah daerah otonom,” lanjut Bujang menyemangati kawan-kawannya.

Anak-anak muda yang berkumpul pun terdiam. Retorika Bujang membakar semangat dan nurani mareka untuk memperjuangkan daerah ini menjadi daerah otonom baru. Teriakan lantang tentang pembentukan Kabupaten Baru yang dikobarkan Bujang dan kawan-kawan bukannya tak menuai aral rintangan. Banyak yang mencibir bahkan menganggap tekad itu hanyalah anagan-angan dan mimpi di siang bolong. Ibarat pungguk merindukan bulan. Kendati tak kentara, beberapa anak-anak muda daerah ini amat menentang rencana pembentukan daerah otonom baru yang disuarakan Bujang dan kawan-kawannya.

“Aku heran melihat Bujang dan kawan-kawan. Getol amat memperjuangkan daerah ini sebagai Kabupaten Baru. Apa Bujang mau menjadi Bupati atau Anggota DPRD,” tanya Rendra dalam suatu pertemuan dengan beberapa anak-anak muda yang kontra terhadap perjuangan pembentukan daerah otonom sebagaimana yang diperjuangkan Bujang dan kawan-kawannya.

“Sangat tepat apa yang kamu omongkan itu kawan. Mareka kalau daerah ini terbentuk kabupaten pasti jadi OKB. Orang Kaya Baru. Mareka kan pahlawannya. Mareka bisa bermain proyek. Main tender,” sela teman Rendra.

Siang telah berganti malam. Rembulan mulai memancarkan sinarnya. Bujang baru saja keluar dari mobil yang ditumpanginya bersama kawan-kawan seperjuangan pembentukan daerah otonom usai pulang dari Kabupaten Induk. Belum sempat mengetuk pintu rumah, terdengar ocehan istrinya dari dalam rumah kontrakannya.

“Jam macem nih, ayah ikak lum pulang. Tiap hari gawe e cuma ngurus orang bae. Dak tau anak bini di rumah makan ape dak. Entah ayah model apa ayah ikak tuh. Cuma hebat di depan orang-orang besar bae. Kalau di koran omongannya macem pejabat besar bae. Dak tau perut anak bini di rumah kembang kempis,” omel istri Bujang dengan bahasa daerahnya.

Dengan semangat siap menerima omelan sang istri, Bujang mengetuk pintu rumah kontrakkannya. Pintu rumah terbuka. Tampak wajah istrinya memerah. Memendam kekesalan.

“Budak-budak lah tiduk Mak,” tanya Bujang kepada istrinya seraya ngeloyor ke dalam kamar.

“Kalau nunggu abang pulang, mereka baru tiduk, pacak-pacak besok dak sekolah,” sahut istrinya ketus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun