Seorang lelaki parlente memasuki rumah kakek yang kini diurusnya.
" Satu Milyard," ujarnya sembari membuka tas kopernya.
Perempuan itu terkejut. Jantungnya kembali hampir lepas dari tangkainya. Dia diliputi kebimbangan yang teramat dalam yang menjalari sekujur tubuh tuanya. Dia merasa sungguh sangat tidak pantas menjual rumah warisan kakek tua ini. Dan dia tiba-tiba teringat dengan narasi kakek Tua yang ingin rumahnya dijadikan rumah tempat tinggal para orang-orang tua yang ditelantarkan anaknya.
" Saya ingin rumah ini dijadikan tempat tnggal para orang-orang tua yang ditelantarkan anak-anaknya," desisnya.
" Seperti yang kakek alami?," tanya perempuan setengah baya itu.
kakek tua tak menjawab. Wajahnya tiba-tiba digurati kesedihan.
" Mohon maaf bapak. Sesuai amanat pemilik rumah ini, tempat ini akan dijadikan sebagai rumah bagi para orang tua yang ada dikampung ini," jawab Ibu setengah baya itu.
Seketika wajah lelaki parlente itu muram. Wajahnya berbalut kesedihan. Airmata tiba-tiba menetes diubin rumah kakek Tua. Sementara cahaya matahari mulai menipis. Seiring terdengar suara azan Magrib dari corong pengeras suara masjid.Bersamaan dengan itu, Perempuan setengah baya itu bergegas menuju Masjid. Dari kejauhan tampak oleh mata tuanya sebuah papan bertuliskan Rumah Ini Rumah Tinggal Bersama Para Orang Tua terbaca oleh mata tuanya.
Toboali, minggu malam, 14 November 2021
Salam sehat dari Kota Toboali