Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Duka Sang Penyinta

1 September 2021   19:38 Diperbarui: 1 September 2021   19:41 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Dan aku akan taklukan keluargamu dengan kerja kerasku selama ini. Aku datang untuk melamarmu." jerit batinnya dengan bahagia.

Kedatangan lelaki muda itu kembali ke Kampung halamannya menghebohkan para penghuninya. Datang dengan segudang kemewahan ala Kota membuat semua orang menjadikan dirinya sebagi narasi.

" Hebat Akang. Pulang bawa mobil," ujar seorang Dul saat warga sedang berkumpul di Warkop.

" Iya. Kini Akang bukan Akang yang dulu lagi. Penampilannya up to date. Moderen ala orang Kota," sambung warga yang lain.

" Perjuangannya  tak sia-sia. Kerja kerasnya membuahkan hasil.Tapi apakah keluarga Ayu masih bersedia menerimanya sebagai menantu? Kan dulu keluarga Ayu menolaknya," tanya seorang warga.

Tak ada yang menjawab. Semua membisu. Hening. Suara kendaraan pun seolah terhenti.

Di rumahnya yang kini mulai direnovasi dan bergaya Kota, Lelaki muda itu menarasikan keinginannya kembali untuk melamar Ayu. Kepada Ibunya dia menceritakan dendam hatinya. Kepada keluarganya dia mengisahkan rindunya. Dan kepada alam dia curahkan asmara hatinya tentang keinginannya untuk melamar Ayu.

" Apakah keluarga Ayu masih bersedia menerima lamaranmu, Nak?," jawab Ibunya dengan nada setengah bertanya.

"  Insya Allah, Bu. Kita harus coba kembali," jawabnya bernada optimis.

" Apakah kamu bersedia menerima jawabannya walaupun pil pahit harus kamu telan di rumah itu kembali?," tanya Ayahnya.

" Insya Allah Ayah. Saya siap dengan segala resikonya. Walaupun pil pahit kedua harus saya terima," jawabnya kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun