Cerpen : Orang Besar ke Kampung Kami
Kampung Kami yang diujung Pulau tiba-tiba dilanda kegempararan yang sangat luarbiasa. Kegemparannya bukan karena erupsi gunung merapi. Bukan pula karena tertangkap tangannya koruptor yang hobby mengembat uang rakyat. Dan bukan pula karena ada warga Kampung Kami yang terpapar covid. Bukan sama sekali.
Erupsi kegemparannya adalah pengumuman dari Pak Kepala Kampung lewat corong pengeras suara masjid bahwa Kampung Kami akan didatangi Pak Presiden.
" Bapak Presiden akan melakukan kunjungan kerja ke kampung ini minggu depan," demikian bunyi pengumuman yang disampaikan Pak Kepala Kampung lewat pengeras suara.
Bagi kami penghuni warga Kampung, kedatangan Pak Presiden tentunya berharap akan membawa dampak besar bagi derajat kehidupan kami. Kampung kami yang terletak diujung negeri ini memang tak pernah tersentuh pembangunan. Kalau pun ada pembangunan yang diciptakan di Kampung kami hanyalah janji yang disampaikan para pengejar jabatan pada waktu pemilihan Legislatif dan pemilihan kepala daerah.
" Insya Allah, kalau saya terpilih sebagai pemimpin daerah ini, saya tidak akan membangun fasilitas umum di Kampung ini," demikian kira-kira narasi paraKandidat kepala daerah.
" Saya, akan membalas pilihan Bapak dan Ibu sekalian kepada saya sebagai calon legislatif dengan memajukan Kampung ini," begitu narasi yang diucapkan para Calon legislatif saat berkampanye di kampung Kami.
Dan seperti biasanya, usai perhelatan demokrasi itu para pngejar ambisi kekuasaan itu pun lari tunggang langgang entah kemana. Baru kembali nampak batang hidungnya kalau Pileg dan Pilkada kembali akan digelar. Dan sebagai rakyat kecil yang berdiam di kampung kecil bahkan tak ada dalam peta negara, kami hanya berdiam diri. Tak ada upaya untuk melawan. Tak ada kuasa untuk melawan mareka kaum cerdik pandai itu.
Tak pelak narasi yang disampaikan Pak kepala Kampung disambut dengan nada sukacita oleh kami penghuni Kampung. Setiap hari para warga selalu bernarasi tentang rencana kedatangan pak Presiden. Tak ada diksi lain selain kedatangan Pak Presiden.
" Semoga kehadran Pak Presiden akan membawa dampak bagi  kehidupan  kita," ujar Hasan.
" Iya. Saya berharap demikian," sela Mang No.
" Tapi kalau Presiden datang, apakah kita masih lapar?," tanya Ali.
Semua terdiam. Tak ada yang menjawab. Semua terdiam. Membisu bak terdakwa korupsi yang disangkakan para aparat hukum.
Kampung kami adalah Kampung nelayan. Kehidupan kami hanya dari laut yang ada disekitar Kampung. Kami bangga dengan kekayaan alam laut ini. Bisa menghidupi kami. Bisa membuat kami sejahtera. Soal ada tidaknya perhatian negara bagi kami soal lain. Yang penting kami bisa mencari ikan dilaut. Lautan adalah segalanya bagi para warga. segala yang terjadi selalu dihubungkan dengan pasang surut air laut. Termasuk menikah.
Sehari menjelang kedatangan pak Presiden kesibukan di kampung Kami tampak super sibuk. Para aparatur negara sibuk mengatur dan membereskan sesuatu yang dianggap kurang. jalanan menuju kampung pun sudah diaspal. Demikian pula dengan SD yang merupakan satu-satunya sekolah yang ada di kampung Kami direnovasi dan diberi warna sehingga tampak mentereng seolah-olah pembangunan sukses. demikian pula dengan kantor Pak kepala kampung dipercantik dengan pot bunga yang bagus dan berharga mahal.