Apri pun hanya tersipu malu. Sementara wajah Pak Bandot terus tersenyum menebar kebahagian sebagai tanda kemenangan.
Baru pada malam kedua, Pak Bandot menyelesaikan tugasnya sebagai suami dengan mengkuliti tubuh erotis Apri hingga perempuan muda itu mendesis dan merasakan sebuah kenikmatan yang tak pernah dia bayangkan. Sebagai lelaki tua yang sudah berpengalaman, Pak Bandot mampu memainkan irama syahwati Apri hingga berkali-kali perempuan itu mendesis hingga terkapar. Kenikmatan syahwati sebagai pengantin baru hanya bertahan dalam dalam sebulan pertama.
Setelah itu Pak Bandot tak pernah lagi mencicipi aroma tubuhnya yang menggairahkan hingga membuat malam-malamnya menjadi sepi. Pak Bandot sibuk dengan urusan pekerjaannya. Terkadang berhari-hari Pak Bandot tidak pulang karena urusan pekerjaan yang membuat lelaki tua itu harus bermalam di sebuah Kota.
Perkenalaannya dengan seorang lelaki muda di Kantor suaminya membuat gairah hidupnya bangkit dari keterasingan syahwati. lelaki yang disapanya Mas bukan hanya mampu mengisi malam-malam sepinya, namun mampu mengisi kekeringan gairah biologisnya selama ini hingga sebagai wanita dia mampu menemukan kembali hidupnya yang mulai kering kerontang.
Kini tak ada lagi malam yang sepi bagi Apri. Tak ada lagi. Kesepian malam yang dtinggal suaminya mampu dihangatkan lelaki muda itu dengan semangat yang menyala-nyala yang membakar nafsu syahwati keduanya hingga melupakan martabat dan kodrat diri sebagai manusia yang berperadaban mulia. Dibalik keindahan hidup yang mulai dirasakannya kini, Apri seolah terkukung dalam dua dunia yang berbeda yang sama-sama membuatnya bermartabat sebagai manusia.
Pak Bandot adalah suaminya yang mampu menafkahi dirinya hingga bisa bergaul dengan kalangan jet set. Memartabatkan keluarganya di Kampung hingga tak menjadi korban hinaan orang-orang se Kampungnya karena kemiskinan mareka. Sementara lelaki muda itu mampu menfakahi batin syahwatinya sebagai wanita dewasa hingga dia merasakan kenikmatan duniawi.
 Apri kini berada dalam persimpangan. Sebuah persimpangan jalan dimana tempat halte bus yang selalu menjadi tempatnya menunggu lelaki muda itu dan suaminya menjemputnya dalam waktu yang berbeda. Sebuah persimpangan hidup yang akan terus dilaluinya hingga tanpa batas waktu yang tak pasti.Â
Toboali, Senin pagi, 9 Agustus 2021
Salam sehat dari Kota Toboali