Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Matjuang

5 Agustus 2021   14:36 Diperbarui: 5 Agustus 2021   14:42 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Upacara pengibaran bendera 17 Agustus dilapangan sepakbola Desa berjalan khidmat dan heroik. Usai upacara bendera di lapangan Desa, para warga berduyun-duyun menuju lokasi tempat pembangunan monumen perang. Sepanjang areal lokasi pembangunan monunen perang beragam atribut, umbul-umbul dan baliho bernada nasionalisme dan patriotisme berjejer rapi. Bendera Merah Putih pun terpasang indah. Berjajar rapi dan tertata. Sebuah ornamen yang sangat artistik. Panggung ukuran raksasa dan tenda-tenda untuk para undangan pun telah disiapkan diareal lokasi lengkap dengan panggung hiburan yang akan dimeriahkan artis ibukota Kwartet Kepijit yang akan menggatalkan kaki penonton untuk bergoyang seiring lantunan lagu dan syair yang kwartet kepijit dendangkan denga suara pas-pasan dan goyangan penuh erotisme .

Suara sirene mobil keamanan menandakan bahwa petinggi telah datang. Tepuk tangan dan koor merdeka dari para hadirin yang dipandu pembawa acara sambut kehadiran Zoliman dan para petinggi negeri di panggung utama. Dan Zoliman tampak sumringah. Ada  kegembiraan dihatinya. Wajahnya bercahayakan kebahagian. Walaupun usianya sudah 84 tahun, namun Zoliman tampak sehat. Wajahnya sangat bersih. Berwibawa. Suaranya pun masih jelas, mantap, dan berwibawa bak para petinggi negeri saat pidato dan orasi di musim Pilkada.
"Bapak dan Ibu sekalian. Dari relung hati yang terdalam, saya minta maaf kepada seluruh penduduk desa Rakesah. 67 tahun saya tinggalkan Desa ini usai negeri ini merdeka. Dan ini adalah memomentum bagi saya untuk memberikan sesuatu yang berarti bagi Desa ini di mana saya dilahirkan dan berjuang menumpas penjajah dari negeri ini dari Desa ini pula. Kini saatnya saya membalas kebaikan Desa dan negeri ini yang telah banyak memberi saya. Inilah saatnya saya berbakti. Inilah momentum bagi saya untuk berbuat dan mengabdi bagi rakyat Desa ini. Inilah kesempatan saya berbagi walaupun nilainya tak seberapa," jelas Zoliman sambil diringi tepuk tangan para undangan.
"Dan saya," suara Zoliman terputus saat seseorang memanggil namanya. 

Suara yang amat dikenal dan amat akrab di telinganya. Zoliman pun menoleh ke arah suara panggilan itu. Jantungnya berdegup keras dan kencang. Sekencang larinya Zoliman bersama barang-barang peninggalan Belanda yang dibawahnya ke luar Desa Rakesah setelah dirinya membakar gedung tempat markas Belanda di Desa Rakesah 67 silam.
"Matjuang," ujar Zoliman lirih saat melihat rekan seperjuangannya memanggil namanya.

Dan dalam hitungan detik tubuh berwibawa Zoliman pun rubuh di atas panggung. Para undangan sibuk menyelamatkan Zoliman. Suasana panggung utama bak pasar malam. Teriakan bantu dan panggil ambulans dan dokter terus meluncur dari mulut-mulut para undangan. Suasana peletakan batu pertama pembangunan Monumen Perang pun kacau balau. Panitia berhamburan menyelamat Zoliman yang sudah terkapar diatas panggung. Dokter Puskesmas yang memeriksa nadi Zoliman pun geleng kepala. Dan ucapan Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun meluncur dari mulut-mulut mareka yang hadir. 

Toboali, Kamis siang, 5 Agustus 2021

Salam sehat dari Toboali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun