Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Kampung Awer

3 Agustus 2021   20:50 Diperbarui: 3 Agustus 2021   21:07 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Apa usaha kita untuk melawan penyakit awer ini?," tanya Pak Lurah lagi.

" Ya, kita harus banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT, Sang Maha Pencipta. Memohon petunjuknya dan tentunya tak lupa kita berdoa kepada Sang Maha Pencipta agar penyakit awer ini segera berakhir. Dan tentu saja kita harus selalu menjaga kesehatan kita," ungkap Pak Ustad.

Pak Lurah termenung di ruang kerjanya. Cahaya matahari pagi menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya melalui celah jendela yang terbuka lebar. Perasaan haru hinggap dalam nuraninya. Seorang pegawainya harus meregang nyawa pagi ini. Banyak yang menaruh simpati atas kematian pegawainya secara tiba-tiba itu. 

Dan yang membuat Pak Lurah makin termenung lesu, para warga kampung yang meninggal ini kebanyakan tidak sempat mendapat pengobatan dari dokter dan paramedis. Saat Pak Lurah meminta Dokter dan tenaga medis turun ke kampung, korban pun tetap berjatuhan. Obat yang diberikan Dokter dan tenaga medis tak mampu menyelamatkan jiwa mereka. Bahkan salah seorang tenaga medis dari kecamatan yang turun ke kampung, harus meregang nyawa pula.  

Kepala Pak Lurah makin pusing, saat menyaksikan pesediaan bahan pokok yang dimilik para warga Kampung semakin menipis. Pemilik toko kampung banyak yang sudah menutup tokonya karena barang sudah kosong melompong di toko mereka. Sementara pasokan dari Kota selalu datang terlambat. Maklum untuk mencapai kampung kami, perjalanan memakan waktu berhari-hari. 

Jalan menuju Kampung Kami memang belum teraspal dengan baik. Padahal Pak Lurah selalu teriak-teriak lewat media agar jalan menuju Kampung Kampung kami diperbaiki. Tapi jawaban yang diterima Pak Lurah dari tingkat atas, dana belum cair. Terkadang Pak Lurah menerima narasi akan dianggarkan tahun ini.

Kematian pegawainya menggegerkan warga kampung. Pegawai yang meninggal itu dikenal dengan perangai yang baik dan selalu menjadi penolong bagi warga kampung yang butuh pertolongan. 

" Orang baik memang selalu dekat dengan kematian," ucap seorang warga kampung.

" Ya, itulah dinamika kehidupan. Ada yang mati. Ada yang hidup. Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita yang masih hidup untuk selalu berbuat baik kepada sesama," ujar warga yang lain.

" Ngomong-ngomong, apa benar wafatnya pegawai Pak Lurah karena awer?," tanya seorang warga.

Para warga Kampung Kami yang sedang asyik ngobrol ngolor ngidul seketika terdiam. Tada ada suara jawaban dari mulut mereka. Seketika suasana hening. Tak ada suara. Sepi. Hanya kesunyian yang merayap dalam jiwa mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun