Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Rahim Berbunga Duka

26 Mei 2021   06:06 Diperbarui: 26 Mei 2021   10:15 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apakah dinda ikhlas atas semuanya," tanya lelaki muda itu usai melampiaskan dengus birahinya dimalam yang bening .

"Sangat ikhlas, Mas. Semua ini kuberikan sebagai bukti cintaku kepadamu," jawab Anya yang masih tergolek lemah.

Dan Anya sangat tidak menyangka sama sekali, usai menumpahkan sahwati mareka sebagai manusia dewasa, lelaki muda itu sudah jarang mengontaknya. Bahkan untuk bertemu pun sulit. Ada-ada saja alasan yang diberikannya. Jutaan alasan dilontarkannya hingga terdengar ke jagad raya tanpa malu.

"Saya sedang rapat," jawabnya setiap kali Anya mengontaknya.

Dan kata rapat itu selalu menjadi jawaban sakti lelaki muda itu saat Anya menagih janjinya. Anya makin terjerumus kedalam kehidupan yang makin ganas di rimba dunia yang mulai tak bertuan humanisme dan mementingkan egoisme pribadi, ketika pada suatu acara dirinya yang saat itu diminta Pimpinan Kantornya untuk menemaninya dalam sebuah acara bertemu dengan lelaki muda itu. 

Wajah lelaki muda itu menampakkan kekecewaan. Senyum yang selama ini menjadi ciri khasnya hilang dimakan mimik wajahnya yang kesal. Tegur sapa pun nyaris tak ada. Yang muncul dengus suaranya bak dengusan anjing hutan yang sedang menatap mangsanya di rimba. Penjelasan Anya tentang apa yang terjadi tak didengarnya.


"Saya diminta pimpinan kantor untuk mendampinginya, Mas. Ini acara kantor. Mohon mengerti," ungkap Anya dengan suara sedih. Tapi lelaki muda itu tak mengubris ungkapan dari Anya, Malahan sejuta narasi buruk dilontarkannya kepada Anya.

"Rupanya kamu sudah kesangsem juga dengan lelaki duda itu, ya," ungkap lelaki muda dengan diksi sinis.

Anya harus mengakui bahwa Pimpinan Kantornya yang duda itu memang menaruh cinta kepadanya. Semua pegawai di Kantornya tahu itu. Dan bukan rahasia umum lagi. Tapi bagi Anya pimpinan Kantornya sudah dianggapnya sebagai orang tuanya. Dan sudah beberapakali ajakan Pimpinan Kantornya untuk hidup bersama ditolaknya.

"Saya sudah punya kekasih hati, Pak. Mohon dipahami. Bapak sudah saya anggap sebagai orang tua saya," jelas Anya.

Wajah Pimpinan Kantornya pun berubah mendengar penjelasan Anya. Ada rasa kecewa atas penolakan Anya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun