Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Luluh Lantak di Gunung Salak

26 Juni 2017   19:56 Diperbarui: 26 Juni 2017   21:30 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gunung salak terlihat dari sini. Menyendiri. Tapi tidak sendiri. Ditemani oleh halimun memekati pinggang hingga muka. Lutut dan kakinya digeletaki petak petak rumah dan kebun kebun sumringah. Ini lebaran, ujarnya bungah.

Dulu aku pernah memikirkanmu pas di pinggang itu. Menitipkan senyummu pada Manilkara kauki yang banyak terdapat di sana. Lalu memindahkannya dalam hati saat menuruni lerengnya menuju kota.

Aku pernah menuliskan di bawah atap serambi gunung salak ketika itu. Menyengaja waktu mencuri hatimu. Lalu menjumpaimu untuk tidak katakan apa apa. Padahal gunung salak kirimkan salam berjuta juta.

Kini aku memandanginya lagi. Untuk ingat pada lupaku kembali. Pada mimpi yang tak sengaja terjeruji.

Bogor, 26 Juni 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun