Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Air dan Api-Lahirnya Air dan Api (Bab II)

20 April 2017   07:56 Diperbarui: 20 April 2017   09:51 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Alam adalah pemikir yang hebat

Alam adalah pecinta yang kuat

Alam adalah penyihir yang sakti

Alam adalah pemarah yang baik hati

Jangan buat dia berpikir tentang semuanya salah manusia

Jangan bercinta dengannya jika kau lukai dia

Jangan mengubah apapun tentang keseimbangannya

Jangan buat dia murka karena murkanya adalah bencana

Bab II

Padepokan Sanggabuana. Sebuah padepokan yang asri.  Megah dan gagah.  Terletak di puncak Gunung Sanggabuana.  Termasuk wilayah Kerajaan Galuh Pakuan.  Kerajaan di tanah pasundan yang memiliki sejarah panjang sebagai kerajaan dengan struktur yang kuat secara turun temurun.

Pagi itu sangat cerah.  Cahaya pagi menerobos di sela sela pepohonan.  Mencoba mencapai tanah dengan susah payah.  Burung burung membuka perjamuan dengan beraneka ragam suara.  Tupai muda yang tersesat, mencari jalan pulang dengan tergesa gesa.  Seekor kumbang hinggap di bunga kemuning.  Mencoba merayu si bunga agar bisa mendapat  sedikit rasa manis di hidupnya yang selalu berdengung.  Suasana benar benar terasa riang.  Terutama saat diramaikan oleh langkah–langkah mungil bocah perempuan kecil yang sedang mengejar kupu kupu di halaman padepokan.  Usianya baru sekitar lima tahun tapi langkah kakinya sangat gesit dan lincah.  Wajahnya bulat cantik seperti peranakan bulan purnama.  Rambutnya yang panjang dikucir ekor kuda melambai lambai menantang angin agar membuatnya  terurai.  Kupu kupu yang dikejarnya tidak terlihat ketakutan.  Bahkan lebih banyak menggoda dengan terbang rendah mengitari kepala si gadis mungil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun