Milan-New York
via Dublin
"Namaku Pierluigi. Panggil aku Luigi. Sudah cukup lama aku menunggu orang yang membawa kunci asli dari hanggar ini. Pesawat itu milik pribadi Dokter Adli. Kalian boleh memakainya. Setiap kali hendak pergi kemanapun, sampaikan kepadaku. Aku yang akan mengurus semua administrasinya."
Luigi berhenti sejenak. Memperhatikan orang-orang di depannya yang mendengarkan dengan seksama.
"Dokter Adli mengatakan salah satu dari kalian bisa menerbangkan pesawat ini. Jadi aku tidak perlu menjadi pilot kalian. Aku hanya akan mengurus keperluan kalian yang berhubungan dengan pesawat ini."
Akiko menukas cepat.
"Seandainya kami tadi bukan orang yang kau tunggu, bukankah pesawat ini akan dengan mudah dikuasai orang lain? Kau sendirian dan bukan 1 pasukan."
Luigi tertawa terkekeh.
"Kau pasti Akiko. Dokter Adli sudah bercerita tentangmu. Lihat nak, kalau sampai tadi bukan kalian yang datang, pasti percakapan ini tak akan terjadi. Kita semua telah menjadi serpihan." Luigi membuka bagasi mobilnya. Nampak rangkaian sirkuit bom Semtex berkekuatan tinggi dengan indikator menyala.
Luigi meraih sesuatu dari balik kantongnya. Mematikan detonator dengan tenang lalu beralih ke jok depan mobil dan meraih 2 buah tas besar yang ada di sana.
"Semtex ini akan menghancur leburkan apapun dalam radius 100 meter. Itu juga amanat Dokter Adli." kembali Luigi terkekeh senang. Seolah kematian adalah bahan candaan yang menyenangkan.
"Ini perlengkapan yang sudah kusediakan jika kalian datang. Aku akan mengisi bahan bakar pesawat dan mengurus administrasi. Pesawat ini harus transit 1 kali di Dublin untuk menambah bahan bakar agar sampai ke New York. Kau perlu seorang kopilot Andalas? Aku bisa mencarikannya untukmu."