Perairan Arctic, 64 57 0 N, 19 0 0 W
Bandara Keflavik
Andalas celingak celinguk mencari mobil yang "nganggur"dan bisa "dipinjam" sebentar. Matanya tertuju pada sebuah SUV berbak terbuka di parkiran. Sebelum melakukan proses "peminjaman", Andalas terlebih dahulu menyusupkan alat pelacak ke saku baju penjaga yang masih pingsan.
Mobil SUV itu bergerak pelan menyusuri darmaga. Karena berlogo syahbandar, tidak ada siapapun yang menaruh curiga meskipun cukup aneh juga ada mobil keluyuran di pelabuhan saat waktu subuh.
Andalas menghentikan mobilnya tidak jauh dari gerbang. Matanya yang tajam mengamati 2 arah. Satu ke Hantaa 05 menunggu 4 orang itu turun dari kapal, dan satu lagi ke arah kantor syahbandar.
Bersamaan dengan naiknya 4 orang penumpang dengan berdesakan di dalam mobil, mereka semua masih sempat melihat dari kejauhan terlihat belasan orang berpakaian serba hitam memakai seragam tempur lengkap menyerbu sekeliling kantor syahbandar. Andalas menekan pedal gas pelan-pelan. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Setelah melewati gerbang pelabuhan dengan aman, barulah Andalas meluncur dengan kecepatan tinggi mengarah bandar udara. Meninggalkan keributan di kantor syahbandar yang menjadi gaduh karena pasukan penyerbu tidak menemukan apa-apa kecuali seorang penjaga yang sedang pingsan di kursinya.
"Apakah mereka mengejar kita?"Cecilia bertanya sambil terus menengok ke belakang.
Akiko yang juga dalam posisi waspada menjawab.
"Tidak. Tapi aku yakin mereka akan melakukan pencarian."
Kapten Shinji dan Mualim Yoshido hanya bisa saling berpandangan. Mereka ini sedang terlibat apa?
Mendadak Andalas meminggirkan mobilnya di dekat alun-alun. Memberi isyarat agar yang lain menunggu di mobil. Keluar dan mengendap-endap ke arah sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari pertokoan yang masih tutup.