Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Tulang Belulang (Muara Perburuan)

10 Oktober 2019   20:49 Diperbarui: 10 Oktober 2019   20:52 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga temannya serempak menoleh ke arah yang ditunjuk Ben. Nampak sebuah perahu yang cukup besar terombang-ambing di pinggiran muara. Bukan perahu. Itu kapal berukuran kecil.

Tapi bagaimana caranya mereka menuju ke sana? Rakit ini sama sekali tidak bisa lagi dikendalikan.

Byuurrrr.....Rabat terjun ke air dan sekuat tenaga berenang ke arah perahu. Rupanya Rabat berpikir tidak ada pilihan lain selain berenang menuju perahu itu. Lagipula yang cukup paham tentang mesin adalah dia. Jadi harus dia yang terlebih dahulu naik ke kapal kecil itu.

Ketiga teman Rabat hanya bisa terpaku. Mereka tidak sempat memperingatkan Rabat. Sekarang mereka hanya bisa melihat dengan cemas. Memperhatikan Rabat sekaligus menyelidik sekeliling permukaan air.

Dugaan yang tepat. Karena belum begitu jauh Rabat berenang, terdengar kecipak air dari arah lautan menuju Rabat. Seekor ikan berukuran besar menampakkan siripnya yang segitiga di atas permukaan air. Mengejar Rabat. Hiu!

Gila! Dan itu tidak hanya satu! Nampak sekitar 5 sirip saling berpacu berburu Rabat. Ran memegangi kepalanya. Kehabisan akal dan cara.

Tapi Tet tidak. Dengan cepat lelaki ini memukul-mukulkan dayungnya ke permukaan air sehingga menimbulkan suara keras. Tet memberi isyarat Ran dan Ben agar berbuat sama. Meskipun belum paham sepenuhnya terhadap maksud Tet, Ran dan Ben juga ikut memukul-mukulkan dayung di tangan mereka.

Berhasil! Suara kecipak air yang keras itu menarik perhatian para hiu dari perburuan terhadap Rabat. Kelima hiu itu berbelok menuju rakit dengan cepat. Sementara Rabat yang tadi nyaris putus asa dikejar oleh hewan air pemangsa berkecepatan tinggi itu, mempercepat berenangnya menuju kapal. Dia harus segera tiba. Ketiga temannya sekarang dalam bahaya besar untuk menyelamatkannya!

Kelegaan menyentuh hati Rabat begitu menyentuh buritan kapal dan naik dengan sedikit susah payah ke atas kapal. Setengah berlari Rabat menuju ruang kemudi. Rabat tertegun.

Kapal ini memang kecil. Tapi perlengkapan navigasi dan komputer di kapal ini luar biasa canggih! Ini bukan kapal biasa! Buru-buru Rabat menghidupkan mesin kapal dan mengemudikannya ke arah rakit di tengah sungai.

Dugaan Rabat tepat. Begitu kapalnya mendekati rakit, ketiga temannya nampak sedang sibuk bertahan sebisanya di atas sisa rakit sementara hiu-hiu itu bertindak cerdas dengan mencoba membuat gelombang tinggi agar rakit itu hancur atau ketiga orang itu tercebur ke dalam air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun