Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Lahirnya Air dan Api

16 Desember 2018   06:34 Diperbarui: 16 Desember 2018   06:38 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab XI

Cinta bisa kapan saja mengetuk pintu hati
Cinta bisa kapan saja membuka ruang di hati
Cinta bisa kapan saja menyalakan manisnya mimpi
Cinta bisa kapan saja memadamkan keinginan untuk bermimpi
Cinta bisa kapan saja melarikan gaduh dari sepi
Cinta bisa kapan saja mengunci ramai dalam sepi

 

Bab XII

Hutan Larangan Pegunungan Meru Betiri.  Hutan yang dipenuhi oleh hawa mistis.  Seram mungkin adalah sebuah kata yang sangat sederhana untuk menggambarkannya. Perlu diciptakan kata yang dalam dibanding hanya seram saja.  

Dyah Puspita berjalan menembus rimbunnya semak dan pepohonan.  Di sampingnya berjalan tersaruk saruk Arya Dahana.  Kemarin dia kambuh lagi akibat kutukan Ratu Laut Selatan.  Dan itu menguras tenaganya.  Sehingga hari ini dia terlihat sangat lemah sekali.  Sima Lodra sudah mendahului dari tadi masuk ke dalam lebatnya hutan.  Mencari binatang buruan untuk makan mereka hari ini.  

Begitulah mereka melalui hari hari.  Dyah Puspita tidak mau melewati desa atau kota.  Dia takut jika Arya Dahana kambuh di keramaian. 

Bukan takut untuk mengurusnya, namun takut dia tidak bisa menahan diri jika ada yang menghina Arya Dahana.  Apalagi keberadaan Sima Lodra bersama mereka tentu akan membuat orang orang akan keheranan dan ketakutan.

Untuk mendapatkan informasi keberadaan Setan Sihir Tanah Seberang dan Si Bungkuk Misteri, Dyah Puspita sendirian turun ke desa atau kota atau bertanya kepada orang yang sekedar lewat dan berpapasan dengannya.  Tentu saja orang kebanyakan tidak mengenal nama julukan yang aneh aneh itu.  Sehingga sampai saat ini dia belum memperoleh informasi yang cukup berharga untuk diikuti. 

Sekarang Dyah Puspita tidak mau lagi memikirkan tugasnya.  Meski dia tahu bahwa keadaan sedang mulai memanas antara Majapahit dan kerajaan kerajaan di sekitarnya.  Dia yakin ayahnya akan mengatasi situasi itu.  Satu satunya yang ada dalam pikirannya hanyalah terus bersama pemuda di sampingnya ini.  Mencarikan obat penawar atau apapun namanya agar pemuda yang dikasihinya ini sembuh.  

Selain itu, sepanjang perjalanan dia melatih ilmu pukulan Geni Sewindu.  Sesuai pesan Arya Prabu, Arya Dahana memberikan kitab sakti peninggalan ayahnya itu kepada Dyah Puspita dan juga memberikan petunjuk bagaimana cara mempelajarinya. Kini Dyah Puspita telah menguasai ilmu itu meskipun harus terus mengasahnya agar sempurna.  Dia tidak akan sesempurna Arya Dahana menguasai ilmu itu karena pemuda itu mempunyai tenaga yang luar biasa kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun