Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Geni di Sarang Kematian

23 Oktober 2018   15:52 Diperbarui: 23 Oktober 2018   15:55 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: catrumahminimalis.com


Geni menatap head line koran pagi hari ini dengan mata nyaris melompat liar.

Sang Detektif Hangus dan Terpenggal, Tersangka Pembunuhan Menghilang

Jantung lelaki itu melorot jatuh. Foto kamar apartemen Baron yang terbakar mengenaskan di koran itu menusuk matanya yang langsung saja memerah saga. Dia teringat sepupunya yang baik hati, Baron. Sepupu yang selama ini mengajarinya bagaimana menjalani tantangan hidup. Di saat dia sudah merasa bosan hidup.

Bagi Geni yang tukang patah hati, pemalas, pemabuk serta bergaya hidup tak karuan, Baron adalah suntikan vaksin yang secara perlahan membuatnya sembuh dari sakit hatinya yang akut. Baron sering membawanya nongkrong minum kopi sambil membicarakan kasus-kasusnya. Geni tahu Baron sengaja. Baron tahu Geni selalu tertarik dengan dunia teka-teki.

Geraham Geni mengatup keras. Baron mati! bahkan kepalanya hilang!

Geni tak sanggup lagi membaca lebih jauh isi berita menyedihkan itu. Lelaki itu bergegas meraih jaket dan kunci motor. Melesat cepat ke suatu tempat. Aku harus menemukan pembunuhnya!

-----

Geni harus bersitegang dengan petugas keamanan apartemen sebelum akhirnya berhasil masuk ke kamar Baron yang diberi garis polisi. Mata lelaki ini menelusuri setiap jengkal kamar. Mencoba mencari petunjuk. Mungkin saja si pembunuh meninggalkan sedikit jejak yang tak ditemukan petugas kepolisian.

Saat membuka gorden supaya kamar suram itu bisa diterangi cahaya matahri, sudut mata Geni terantuk pada sesuatu yang berkilau di balik lipatan karpet. Tak nampak jika dilihat dari sudut yang normal.

Geni meraih benda kecil berkilau itu dan mendekatkan ke matanya. Anting perak berbentuk bulan sabit! Hmm, ini petunjuk berharga.

Geni terus mencari apa yang telah dilewatkan oleh polisi. Karena niatnya yang kuat dan berlipat-lipat, Geni berhasil menemukan beberapa petunjuk berharga. Selain anting tadi, dia juga menemukan sobekan kecil kain berwarna merah, tisu yang terselip di belakang lemari buku dengan bekas lipstick, dan yang terakhir pemantik api kecil dengan logo kecil huruf D. Berikut sebuah alamat yang ditulis memakai huruf yang sangat kecil.

----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun