Sebelum membahas tentang kasus Fankfurt Book Fair 2015 yang baru baru ini meledak ke permukaan, terlebih dulu saya menyatakan, miris melihat kampanye Pilkada DKI putaran ke 2 ini.
Isu yang dimainkan oleh para pendukung paslon sudah pada taraf membahayakan bagi keutuhan berbangsa dan bernegara, yaitu isu agama. Isu yang sama yang dihembuskan sejak kampanye putaran pertama. Â Bedanya, jika pada putaran pertama hanya sebatas sampai saling hujat dan membuat HOAX atau fitnah saja, tapi pada putaran kedua sudah saling ancam kepada orang yang satu agama.
Spanduk bernada ancaman bagi pemilih paslon lain, banyak bertebaran di tempat ibadah. Yang kemudian menjadi korban adalah seorang ibu yang meninggal. Ketika jenasahnya dibawa ke tempat ibadah untuk didoakan, ditolak oleh pengurus tempat ibadah. Alasannya, keluarga almarhum memilih paslon lain yang tidak diinginkan oleh warga sekitar.
Kejadian ini kemudian menjadi viral di media sosial, dan bisa berujung pada aksi pembalasan yang lain. Seperti contoh, beberapa jam yang lalu saya mendapat Broadcast yang mengatakan, jika si A menang maka pemilih yang lainnya akan disebut kafir dan tidak akan didoakan ketika meninggal