Mohon tunggu...
Mikail Jaman
Mikail Jaman Mohon Tunggu... Akuntan - IG @MikailJaman Twitter @MikailJaman

Mikail Jaman, Ak, M.Ak, CPA, CA, CPI, BKP, OJK FAPM. Akuntan Publik dan Konsultan di KAP Agus Ubaidillah dan Rekan (TGS Indonesia). Pendiri Konsultanku.co.id sebagai platform konsultasi online pajak, jasa akuntansi perpajakan dan audit. Suka berbagi tips dan informasi soal pajak dan keuangan melalui seminar dan workshop, juga di channel youtube Mikail Jaman TV dan Instagram https://www.instagram.com/mikailjaman dan tulisan di Kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bersiap Kemungkinan Resesi Akibat Corona

1 Maret 2020   15:07 Diperbarui: 1 Maret 2020   20:38 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dampak virus corona. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Novel Corona Virus Covid-19 bukan hanya memakan 2,900 korban jiwa dan 86,500 korban terinfeksi tetapi juga berdampak sangat serius kepada perekonomian. Jatuhnya indeks harga saham di pasar-pasar modal di dunia jadi pertanda pesimisme secara global terhadap dampak wabah corona.

Akibat wabah corona di RRC, aktivitas bisnis, produksi, kantor dan perdagangan terpaksa dihentikan atau tutup sementara. Pemerintah RRC juga berusaha memitigasi penyebaran wabah dengan mengendalikan kegiatan masyarakat melalui pengawasan yang ketat. Ini menyebabkan berhentinya pasokan barang dari RRC. Padahal hampir seluruh barang di dunia adalah made-in-china dan sekarang mendadak dunia kehilangan pasokan barang dari RRC.

Virus corona telah membuat sebagian besar masyarakat dunia menjadi paranoid. Untuk mencegah penyebaran virus corona maka berbagai negara menghentikan lalu lintas dari/dan menuju RRC termasuk melarang masuknya penduduk dari pusat wabah yaitu RRC ke negaranya.

Ditambah lagi, merebaknya wabah corona di Italy akibat pemerintahnya yang tidak terlalu responsif. Kejadian ini dapat mendorong negara lain untuk memperketat responnya sehingga dapat menghambat arus barang dan manusia, ujung-ujungnya yaitu negatif bagi perekonomian.

Wabah Covid-19 telah melumpuhkan aktivitas sektor retail dan pariwisata khususnya di negara yang terdampak dan negara destinasi turis asal RRC. Toko, kafe, butik, juga hotel bahkan penerbangan terpaksa mengurangi kegiatan secara signifikan karena tidak ada pembelian. Masyarakat yang bekerja di sektor tersebut sudah merasakan dampaknya karena lapangan kerja yang berkurang.

Aktivitas perekonomian erat kaitannya dengan global supply chain, yaitu aktivitas proses produksi yang membutuhkan pasokan bahan baku dari negara lain. Misalkan barang A yang di produksi di Indonesia dengan komponen bahan bakunya diperoleh dari negara lain seperti RRC. 


Akibatnya jika tidak ada pasokan bahan baku dari RRC akan menyebabkan berhentinya aktivitas produksi pabrik di Indonesia. Pekerjaan akan berkurang dan penghasilan masyarakat Indonesia.

RRC adalah destinasi ekspor utama produk dari Indonesia dari produk makanan hingga batu bara, logam dan mineral. Berhentinya produksi pabrik di RRC otomatis akan mengurangi konsumsi energi di RRC. Juga mengurangi jumlah pembelian batu bara dari Indonesia. 

Begitupun dengan bahan baku logam dan mineral yang akan berkurang. Tercatat perusahaan besar seperti Toyota, Starbucks, McDonalds, Apple and Volkswagen sudah menghentikan kegiatan produksi maupun bisnisnya di RRC. 

Bahkan Apple sendiri telah merevisi proyeksi pendapatannya akibat dari dampak wabah ini. Harga saham Apple pun juga turun, dan tidak hanya Apple sendirian yang mengalami penurunan harga saham, secara umum harga saham di pasar modal mengalami penurunan nilai.

Keputusan-keputusan bisnis selama ini didasari oleh asumsi keberlanjutan dari pertumbuhan ekonomi global. Jatuhnya indeks harga saham gabungan di pasar-pasar modal menjadi pertanda dari kekhawatiran masyarakat bisnis terhadap kelanjutan ekonomi.

Ada analisa yang mengatakan bahwa kekurangan pasokan supply barang akan lebih sulit untuk ditangani dibandingkan kekurangan permintaan atas barang. 

Permintaan yang rendah dapat distimulus secara ekonomi, melalui stimulus moneter misalnya melalui penurunan tingkat bunga sehingga masyarakat akan membelanjakan uang dibandingkan menyimpan di institusi keuangan. 

Tetapi, permasalahan ketiadaan supply barang akan sulit untuk ditanggapi, karena aktivitas produksi barang tidak semudah dan secepat aktivitas keuangan. Tidak mudah untuk mencari alternatif sumber bahan baku dan tidak cepat untuk membuat suatu fasilitas produksi yang baru.

Stimulus fiskal contohnya dengan cara pemerintah memberikan insentif pajak maupun memprioritaskan pengeluaran untuk menggerakkan sektor yang terkena dampak juga tidak mudah. 

Kebijakan fiskal adalah soal penerimaan dan pengeluaran negara, Pemerintah dituntut tanggap untuk melakukan penyesuaian terhadap postur penerimaan dan pengeluaran dalam APBN. Insentif pajak misalnya dalam bentuk penurunan tarif pajak sementara dalam waktu tertentu hingga terjadi pemulihan. 

Menurunkan penerimaan pajak berarti disisi lain harus mengurangi belanja, dengan cara efisiensi dalam pengeluaran investasi pembangunan atau belanja operasional.

Intinya adalah mempertimbangkan kembali komponen belanja yang dapat menjaga ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Bukan tidak mungkin juga untuk mempersiapkan kemungkinan Indonesia sebagai destinasi lokasi produksi baru dalam sistem global supply chain, walaupun tidak cepat.

Beberapa kemungkinan akibat wabah corona, jika tidak dapat terpulihkan dalam waktu segera:

  • Berhentinya proses produksi bahan baku di RRC dalam waktu yang lama
  • Pabrik dan pembangkit listrik akan mengurangi pembelian bahan baku
  • Berkurangnya ekspor ke RRC, memukul sektor pertambangan dan energi dengan komoditas bahan tambang seperti batu bara, logam dan mineral, bahan makanan, dan sebagainya
  • Bisnis di sektor tersebut terpukul, menarik kebawah bisnis lain yang berkaitan dengan sektor tambang dan energi
  • Berkurangnya aktivitas pariwisata, dampak negatif sektor turisme, pariwisata, dan penerbangan
  • Pabrik yang berkaitan dengan pasokan bahan baku dari RRC tidak dapat beroperasi
  • Berhentinya produksi dan kegiatan bisnis, menurunnya perusahaan penghasilan
  • Pemutusan hubungan kerja masal
  • Masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan
  • Krisis sosial
  • Terbentuknya global supply chain baru
  • Munculnya kekuatan ekonomi yang tidak terduga
  • Perubahan tatanan dunia

Bagi bisnis, respon yang dapat dilakukan adalah:

  • Melakukan analisa dampak dari sisi besaran dan waktu dampak wabah
  • Mempertimbangkan aspek-aspek yang dapat dilakukan dari sisi efisiensi dan menangkap peluang bisnis yang timbul
  • Membuat plan A/B dan alternatif terkait skenario situasi kondisi yang mungkin dihadapi
  • Memantau perkembangan dari wabah dan reaksi masyakarat dunia dari sinyal di pasar modal, dan sebagainya

Untuk masyarakat hendaknya dapat melakukan persiapan:

  • Memprioritaskan simpanan atau investasi dalam bentuk likuid seperti uang tunai US Dollar dan last resort asset seperti Emas
  • Menelaah kembali dan mengalokasikan kembali asset-aset keuangan
  • Mengurangi belanja kepada hal-hal yang tidak dibutuhkan dan tidak urgent saat ini
  • Jangan keluar dari pekerjaan saat ini, karena mungkin akan sulit mencari pekerjaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun