Mohon tunggu...
ichsan mikail
ichsan mikail Mohon Tunggu... Novelis - Full time blogger

Pengarang novel Transition, novel Dimension of Dreams, dan kumpulan cerpen Province Memoir. Standby di official website : mikailearn.my.id

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Tetralogi Buru #2

9 November 2022   07:23 Diperbarui: 23 Maret 2023   19:19 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. penerbit Hasta Mitra

Buku berjudul Anak Semua Bangsa oleh Pramoedya Ananta Toer tampak buruk di beberapa bagian pembuka dibanding novel pertama tetralogi Buru, Bumi Manusia. Sebagaimana penceritaan di buku sebelumnya, pencitraan utama ugal-ugalan berat sebelahnya. Bila anda jengkel terhadap karakter Minke, berarti Pram berhasil membuat penokohan presisi khas anak orang kaya atau bangsawan elit di kehidupan nyata sehari-hari.

Surat Panji Darman misalnya, cara dia mendramatisir situasi keberangkatan Annelis Mellema ke Belanda seburuk-buruk sinetron 'teenlit' (telenovela pun tidak selebay itu). Jelas Pram gagal menggambarkan sosiologi masyarakat feodal di masa itu. Tanpa ilmu pengetahuan sosial pun, pengamatan Jan tidak logis mengatakan penduduk sekitar menunjukkan kesedihan berurai air mata dan sebagian anak-anak melempar batu sampai konvoi Maresose berdarah-darah. Peristiwa ini tidak sama seumpama konflik Israel-Palestina. Siapa yang peduli dengan urusan rumah tangga gundik seorang pengusaha kaya? Mevrouw/Juffrow Annelis juga blasteran bukan pribumi murni, kecuali mungkin simpati para karyawan perusahaan yang turut menyayangi Annelis, ya wajar saja. Lagian budaya rakyat Jawa selalu bersikap hati-hati terhadap priyayi terlebih pemerintah kolonial.

Di sepertiga awal lembaran novel, terasa garing bagai teknik pemula yang mencoba-coba menulis karya fiksi pertama terutama saat mengungkapkan suasana sentimentil. Kukata demikian karena aku pernah menuntaskan novel perdanaku. Contoh lain semisal adegan menangis tersedu serupa di novel Burung-Burung Manyar karya Mangunwijaya yaitu ketika Atik, pujaan hati Teto, berpidato di sebuah universitas. Adegan menonjolkan emosi mesti berdasar. Akumulasi faktor pendorong harus kuat mendukung musabab haru dan sedihnya. Jika tidak, ia lebih kompatibel sebagai penggalan cerpen yang diwarnai amarah atau tangis. Andai Minke seorang penyair terkenal, Pram harus menyisipkan puisi terbaiknya di dalam buku. Apabila seorang penulis tidak yakin dengan spot-spot yang dapat memicu emosi pembaca, provokasi saja secara implisit, dont tell, kemudian terserah pembaca terpengaruh atau tidak.

Bak rentetan logika buruk, ketidakstabilan Annelis dalam perjalanan laut ujuk-ujuk dipercayakan kepada orang tak dikenal. Juru rawatnya pernah sekolah di mana? Setiap fragmen seolah framing agar pembaca memuja dan mengiba tiada habisnya kepada Minke dan Annelis.

Jika buku ini nonfiksi tentu tidak masalah menyajikan sudut pandang orang tertentu. Karya fiksi sepenuhnya tanggung jawab penulisnya (pengarang tidak mati). Buku semacam ini layak disegmentasikan sebatas fiksi populer, dijual terbatas di toko buku, dan jangan taruh di perpustakaan (historical fiction). Wajar kemudian Hanung Bramantyo mengarahkan film adaptasinya ke segmen remaja dan dewasa muda. Sangat sulit mengalihwahanakan cerita yang plotnya cacat. Ketidakselarasan sebab-akibat dapat mencederai perluasan cerita atau 'sekuel' buku selanjutnya.

Nyai Ontosoroh jelas bukan istri yang sah. Bandingkan dengan zaman sekarang. Intinya pembagian harta gono gini dan hak perwalian di-framing menjadi diskriminasi hukum oleh Totok berdasarkan ras, lalu sempat-sempatnya Si Minke mencela orang dari etnis lain yang tidak terlibat dengan masalah ini. Narasi berikutnya terbaca sangat kontradiktif di paragraf akhir halaman 43 hingga beberapa alinea awal halaman 44. Dia turut bangga sebagai sesama orang dari Asia bahwa Jepang mulai dianggap setara dengan Eropa berkat agresi perang terhadap negara Asia lainnya (selain Rusia 1905) dan lebih tinggi dari golongan Arab, Tionghoa, dan Turki. Betapa dangkal Snob ini! Lucunya dia bukan orang Jepang. Belum lama dia dan istrinya menderita oleh perlakuan Belanda, lantas mengagung-agungkan daftar-daftar bangsa Eropa sederajat. Buku ini membuatku menjadi jahat. Saya terus membaca untuk mencari kelemahan lain.

Nasib beberapa sosok berkaitan dengan cerita di buku sebelumnya. Cara Pram 'menjatuhkan' orang yang kurang lebih sebaya dan bersaing dengan Minke rada kurang berkelas, mirip-mirip pembunuhan karakter antar warga bertetangga di daerah kumuh disertai bumbu-bumbu. Robert Suurhof sesama Minke sebagai alumni HIS tiba-tiba telah menjadi pendorong gerobak (mungkin pemulung) di Belanda. Begitu pula Robert Mellema. Dia terkena penyakit kronis memalukan sehingga hidupnya tidak lama lagi selagi bekerja sebagai kuli serabutan. Hanya orang-orang yang pernah menyanjung Minkelah yang selamat dari citraan pengarang.

Bagi sesiapa sedang belajar, berhasil menyelesaikan novel itu sulit, siapa bilang gampang? Maksud hati mungkin memotivasi, bahwa menulis draft mudah. Itu satu hal, penyuntingan adalah hal lain. Tips umum macam show dont tell susah dibuat konsisten. Dalam Anak Semua Bangsa, terlalu banyak konfirmasi mengenai sifat si anu dan si fulan. Over karakterisasi Minke dan Nyai tidak soal, asal tidak terlalu explisit di narasi dan dialog. Penulisan juga seni menyiratkan dan menahan informasi.

Di novel ASB, Pram berhasil memperhalus kiprah orang-pergerakan dari organisasi pemuda underbouw komunis asal Tiongkok bernama Khou Ah Soe (terdengar agak sarkastik). Seorang simpatisan dan propagandis menyelundupkan diri ke Pulau Jawa kemudian bertemu Minke. Di titik itu kemudian hubungan Tetralogi Buru bagian kedua dan warisan konflik keluarga Mellema di buku pertama agak terputus.

Kembali ke Desa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun