Mohon tunggu...
Miftakhul Ulum
Miftakhul Ulum Mohon Tunggu... mahasiswa

tetap berjalan

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Konten Prank Menjamur di Kalangan Youtuber

7 Januari 2022   01:32 Diperbarui: 7 Januari 2022   01:44 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto ilustrasi konten prank (foto oleh VOI)

Dalam video youtube yang diunggah oleh ferdian paleka terlihat ada beberapa remaja yang berawal berniatan baik yaitu memberi sembako, tapi tak disangka malah sebaliknya yaitu berniat jahat sebab dalam sebuah kardus terisi sampah yang ia kumpulkan kemudian ia berikan kepada korban. 

Tentunya mereka mendapat kecaman dari masyarakat bahwa kontenya sangat tidak pantas untuk dilakukan apalagi sampai diunggah di Youtube.

Konten prank yang diluar nalar sampai merugikan korban, hanya semata-semata untuk mencari viewers (penonton) dan subscriber hanya untuk kepentingan sepihak. 

Berawal ingin menghibur dan viral tetapi konten yang dilakukan sangat tak lazim. Hal inilah yang menjadi krisis kreatif dan krisis moral bagi para remaja sekarang.

Sayangnya untuk membangun kreativitas tidak semua orang paham batas etika. Etika adalah pedoman baik dan buruk perilaku yang sifatnya universal. Di manapun tempatnya di dunia, merugikan orang lain secara moral maupun material, itu tidak etis. Kapan pun waktunya, membuat orang terhina bukanlah tindakan etis. Dilema-dilema etika inilah yang sering ditabrak, lantaran inginkan konten dengan daya tarik baru. Nampak, apapun dilakukan demi konten.

Lalu apasih dampak dari adanya konten prank ? 

Dampak dari adanya sebuah konten prank sendiri, ada sebuah penelitian yang tertuang dalam jurnal Review of General Psychology pada 2007, yang menyatakan bahwa sebenarnya orang tidak suka ketika mendapati dirinya ditipu atau dikerjai. Secara psikologis, akibat ditipu orang cenderung menyalahkan dirinya sendiri dan berharap mereka bisa mengubah dan memainkan peran itu secara berbeda pada saat mereka tertipu. Tak sedikit juga yang merasa itu sebuah rundungan psikologis.

Nah, pesan juga buat anda jika ingin menjadi konten kreator jangan sampai merugikan orang lain, juga berani bertanggung jawab atas konten yang kita buat dan tetap menerapkan norma sosial yang berlaku di lingkungan masyarakat.

Daftar Pusataka 

Istiani. A. Widhiyatmoko,Y. "Analisis Wacana Kritis Sebagai Refleksi Terbalik Prilaku Negatif Pada Tayangan Youtube". JURNAL KOMUNIKA. Vol. 3, No.2, 2020.

El ishaq. R. Maharini. P "Media Sosial, Ruang Publik, dan Budaya Pop". ETTISAL JOURNAL OF COMMUNICATION.  Vol.3, No. 1, Juni 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun