Mohon tunggu...
Miftahul Abror
Miftahul Abror Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

seorang mahasiswa yang menempuh gelar sarjana di Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resensi Novel Umang

22 April 2018   01:36 Diperbarui: 22 April 2018   02:04 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(karyaabror.blogspot.com)

Resensi novel yang berjudul "UMANG"

Karangan: Ferry Irawan Am


Judul : Umang
Penulis : Ferry Irawan Am
Penerbit : Diva Press
Tahun Terbit : 2009
Tebal Buku : 356 Halaman

Penulis resensi: Slamet Miftahul Abror

Umang, sebutan bagi anak yatim piatu yang malang oleh orang-orang daerah Musi, Sumatera Selatan. Desa Donorejo, Kecamatan Jayaloka, Kabupaten Musi Rawas. Nama tokoh dalam cerita ini adalah firmansyah. Sumatera Selatan adalah awal perjalanan hidup Firman.

Firman adalah seorang anak kyai besar dijawa yang dirampok dan dibunuh serta dibakar rumahnya, namun ketika itu Firman masih bayi dan saat kedua orang tuanya dibunuh bayi itu tergeletak diatas ranjang didalam rumah, dan rumahnya dibakar karena merasa kepanasan bayi itu menangis sehingga salah satu hati perampok tersentuh dan tidak tega terhadap bayi itu lalu mengambilnya sebagai anak dan kabur ke pulau Sumatra dan perampok yang merawatnya bernama pak burhan.

Firman tidak akan mengetahui latar belakang keluarganya, jika laki-laki yang selama ini membesarkannya, pak Burhan bercerita mengenai asal usulnya ketika menjelang sakarotul maut. Lelaki yang telah merampas kehidupannya, yang membuat hidupnya menjadi seorang Umang.

Namun Firman tidak bisa membenci dan menyalahkan ayah angkatnya yang telah membunuh kedua orangtuanya, karena bagaimanapun beliau telah menyelamatkan dirinya dari kobaran api dan membesarkannya hingga cukup dewasa sekitar 5 tahunan.

Ketika ayahnya pak burhan meninggal ia sangat sedih hingga ia dicap sebagi orang gila, karena Firman terus menangis di kuburan ayahnya.ketika ia menangis sendiri di kuburan ayahnya ada anak kecil perempuan yang kasian melihatnya, namun Firman menyuruhnya pulang, namun ketika perempuan kecil itu hendak pulang dia terjatuh dan tidak bisa berjalan lagi sehingga Firman menolong dan menggendongnya.

Penderitaannya pun bertambah ketika ia sampai dirumah Pak Salim ayah perempuan itu. Firman dituduh melakukan hal yang tidak senonoh sehingga dirinya dipukuli sampai babak belur dan diusir dari kampungnya. Firman akhirnya lari ke sebuah tempat di dekat sungai yang kala itu sedang banjir. Ia pun hanyut di sungai tersebut. Untunglah keesokan harinya dia masih hidup dan ada seorang direktur perusahaan minyak yang menolongnya dan mengangkatnya menjadi anaknya.

Sayangnya kebahagiaan budi hanya berlangsung sekitar 7 tahun. Setamat SD, ia harus kehilangan Bapaknya yang kedua, karena kecelakaan kerja. Setelah itu Firman ditinggal Ibunya yang dibawa keluarganya ke Medan keluarga ibunya tidak mau mengajak firman karena firman bukan anak kandungnya. Firman kembali menjadi sebatang kara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun