Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Writer & Citizen Journalist. Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Robekan Nestapa Penjual Koran dan Peminta-minta di Lampu Merah

2 Juli 2020   16:45 Diperbarui: 3 Juli 2020   02:11 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penjual koran. (Sumber foto: deviantart.com)

Tentu tidak mudah mencari pekerjaan. Lelaki itu masih nekat menjual koran meski tahu pembeli koran berkurang dari tahun ke tahun. Sangat berkurang drastis.

Bukan rahasia umum jika beberapa koran berhenti terbit. Pengusaha media memilih mengalihkan informasi pada media daring dan digital. Jikapun koran bertahan terbit, jumlah halaman koran berkurang, semakin menipis seiring efisiensi dompet perusahaan. Hidup segan mati tak mau!

Pekerjaan apa yang pantas bagi lelaki bertanggung jawab, suami yang berupaya mencukupi kebutuhan keluarga? Barangkali dalam anggan ia membutuhkan uang untuk keperluan pengobatan istri atau mencari uang saku untuk anak dan cucu.

Hidup memang pilihan tapi terkadang kita tak bisa memilih dan harus menjalani garis hidup yang ditakdirkan. Bukan garis hidup, barangkali hanyalah nasib sial yang tak bisa dihindari.

Menjadi penjual koran, menjadi tukang tambal ban, menjadi pengemis, menjadi pengamen, menjadi pedagang asongan adalah nasib sial (atau justru garis hidup?) yang harus dijalani dengan tabah.

Manusia terpaksa memilih. Apakah dengan mengemis dan mengamen harga diri tidak terinjak-injak? Jika itu jalan terakhir demi bertahan hidup, siapa bisa mengelak?

Apakah pekerjaan yang bagi sebagian orang disebut sebagai pekerjaan rendah termasuk kehinaan?

Tidak semua orang dibekali Tuhan dengan kecukupan materi. Tak perlu materi berlimpah, terkadang sebatas modal usaha membuka warung kecil saja tidak punya.

Begitu pula tidak semua orang bakat menjadi pedagang. Tidak semua orang cakap menawarkan barang dagangan dan mengelola usaha, meski usaha kecil-kecilan. 

Tak melulu seseorang bernasib mujur menjadi karyawan kantoran atau bermasa depan gemilang menjadi pegawai yang berhak mendapat gaji pokok, tunjangan, dan gaji ke-13. Hingga di masa tua cukup hidup bermodal uang tabungan dan uang pensiunan.

Lelaki penjual koran barangkali sadar uang yang ia kumpulkan tak bakal menggunung, tak membuat dia kaya raya. Jika koran yang ia jual tidak laku dia malah menangung rugi. Koran tak bisa dikembalikan sedang ia tetap harus menyetor uang kepada agen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun