Dalam sejarah pertelevisian Indonesia, hanya segelintir tokoh fiksi yang mampu melampaui batas waktu dan menjadi bagian dari budaya populer. Salah satunya adalah Mak Lampir, sosok penyihir tua berhidung bengkok, berambut putih panjang, dengan suara serak yang menggema di malam hari. Sosok ini tak akan bisa dilepaskan dari nama Farida Pasha, aktris senior yang menghidupkan karakter tersebut dengan begitu ikonik dalam sinetron Misteri Gunung Merapi.
Lebih dari sekadar karakter antagonis, Mak Lampir menjadi simbol horor lokal yang khas. Sosoknya menyeramkan, tapi justru itu yang membuatnya tak terlupakan. Dan di balik peran menyeramkan itu, berdirilah seorang aktris dengan dedikasi penuh: Farida Pasha.
Karakter Horor yang Menjadi Budaya
Di masa kejayaan sinetron horor tahun 90-an hingga awal 2000-an, Misteri Gunung Merapi tampil mencolok dengan jalan cerita yang memadukan unsur legenda, supranatural, dan drama kehidupan masyarakat pedesaan. Namun yang paling membekas di benak penonton tentu saja adalah kehadiran Mak Lampir.
Farida Pasha memerankan Mak Lampir bukan hanya dengan riasan atau kostum, tetapi dengan tubuh dan jiwanya. Setiap lirikan mata, tawa melengking, dan dialog penuh kutukan terasa otentik. Ia bukan sekadar memerankan tokoh jahat---ia menjadi tokoh itu.
Karakter yang diperankannya bahkan menembus layar kaca dan masuk ke dalam budaya populer masyarakat. Anak-anak menirukan suaranya, orang tua mewanti-wanti anaknya dengan cerita Mak Lampir, dan bahkan sampai hari ini, meme serta parodi tentang Mak Lampir masih hidup di media sosial. Itu bukti bahwa karakter ini telah melewati batas sebagai sekadar tokoh sinetron.
Keberanian dan Totalitas Seorang Seniman
Tak banyak yang menyadari betapa beratnya peran yang dibawakan oleh Farida Pasha. Memerankan tokoh mistis dengan riasan tebal berjam-jam, dialog penuh makna magis, hingga harus berakting di lokasi-lokasi ekstrim seperti gunung dan hutan bukan hal yang mudah. Tapi itulah bentuk totalitas seorang seniman.
Dalam banyak wawancara, Farida Pasha dikenal sebagai pribadi yang ramah dan sangat jauh dari sosok menyeramkan Mak Lampir. Namun ketika kamera menyala, transformasinya luar biasa. Ia memberi nyawa pada cerita rakyat, menghadirkan kengerian yang justru membuat orang tak bisa berpaling.
Mengenang dengan Rasa Terima Kasih