Mohon tunggu...
Fahmi Awaludin
Fahmi Awaludin Mohon Tunggu... Guru, Dosen -

Guru (kelas) SD; Dosen B. Inggris Niaga; Suka buat modul; chatting; beristri dan memiliki anak cantik... hehehe

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengajian (QS Al-Furqan: 33-34) Bersama Prof. DR. KH Didin Hafidhuddin, Ms.

18 Februari 2013   15:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:06 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1361152252588973430

Sumber: Pengajian Pa Kiai Didin Hafidhuddin

Jarum jam dinding menunjukkan angka 05.30 pagi, saat itu, ruangan dalam dan luar masjid dipenuhi jama’ah. Pengajian yang dihadiri Para Bapak dan Ibu tersebut dalam rangka pengajian rutin yang diselenggarakan oleh Masjid Al-Hijri 1 setiap hari Minggu pagi jam 05.30-06.00, Air Mancur, Bogor. Masjid yang berlokasi di jalan R.E. Marthadinata ini sudah sangat terkenal. Selain lokasinya strategis di pinggir jalan, juga menjadi tempat yang pas bagi jama’ah untuk mengisi pencerahan hati di pagi hari.

Pengajian yang dilaksanakan setiap ba’da Shubuh ini membahas tentang tafsir Al-Qur’an dan berkelanjutan. Jadi jika Anda atau siapa saja yang tertarik untuk mengikuti pengajian ini, diharapkan membawa Al-Qur’an terjemah beserta buku dan alat tulis. Karena biasanya pa kiai akan menjelaskan dengan panjang dan menulisnya di papan tulis yang sudah disediakan. Dan seperti biasanya, pa kiai memandu jama’ah untuk membaca Surat Al-Fatihah bersama. Kemudian dilanjutkan membaca beberapa ayat-ayat dalam surat yang akan dibahas saat itu.

Pengajian pagi ini, Minggu, 17 Februari 2013 yakni Surat Al-Furqan, 25: 33-34. Seperti biasanya pa kiai membahas denganmengartikan lalu menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan jelas. Ayat 33 yang berarti: “Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik.” Kemudian di ayat 34 yang berarti: “Orang-orang yang dikumpulkan di neraka Jahannam dengan diseret wajahnya, mereka itulah yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya.” Hal ini ada kaitannya dengan masyarakat jaman sekarang yang sering bertanya apa bedanya Al-Qur’an dengan kitab-kitab terdahulu? Al-Qur’an ditujukan untuk siapa? Dan pertanyaan lainnya yang sering muncul.

Al-Qur’an itu ada tanjilnya dan diturunkan secara bertahap dan tidak sekaligus seperti kitab-kitab terdahulu. Demikian juga dengan ditujukannya Al-Qur’an yakni untuk seluruh umat bukan umat tertentu saja.

Misalnya:

  1. Kitab Zabur hanya untuk kaum Nabi Daud AS,
  2. Kitab Taurat untuk Kaum Nabi Musa AS,
  3. kitab Injil untuk kaum Nabi Isa AS,

Dan kitab lainnya. Al-Qur’an pertama kali datang ke masyarakat arab yakni dengan memerintahkan untuk membaca dan menulis. Pada saat itu masyarakat arab bukan bodoh dalam konteks tidak bisa apa-apa hanya saja untuk 2 kemampuan tadi belum mengenal makanya turut surat yang berkaitan dengan membaca yakni Surat Al-Alaq, Iqro…. Bacalah…bacalah….dan itu adalah perintah Allah swt. Adapu metode saat itu yang pas yakni dengan hapalan. Makanya mereka, bangsa arab, bagus dalam menghapal. Contohnya saya anak-anak aliyah (SMA) sudah terbiasa menghapal Al-Qur’an. Bahkan beberapa anak kecil di sekitar masjid di mekkah sering berkumpul untuk menghapal Al-Qur’an. Dan sebagian besar masyarakat timur tengah misalnya di Mesir, metode hapalan sudah ada sejak dulu dan sampai sekarang.

Inti sari dari pengajian kali ini yakni 3 hal:

  1. Perintah Allah untuk membaca dan menulis
  2. Perintah Allah untuk mengenal siapa diri kita sebenarnya
  3. Perintah Allah untuk mengenal siap Tuhan kita

Di sisi lain pa kiai pun menyarankan kepada jama’ah pengajian agar memelajari Surat Al-Mujjaamiil, 72. Hal ini berkaitan erat dengan materi yang dibahas. Selain itu ini adah surat ke-2 yang turun setelah Al-Alaq yang mana Allah memerintahkan untuk membaca….. membaca. Bagi kaum muslim, lakukanlah kebiasaan baik seperti shalat malam (tahajud, dll) dan membaca Al-Qur’an dengan baik. Dalam penjelasannya, seseorang yang biasa melaksanakan shalat malam dengan yang tidak pasti akan berbeda. Mereka (yang shalat malam) memiliki pancaran dalam tubuhnya dan kekuatan dalam dirinya. Bayangkan saja jika ada seorang pemimpin dan ia terbiasa bangun jam 05.30 dengan yang bangun pada jam 03.00 tentu akan berbeda. Dengan catatan, mereka (pemimpin) melakukan kebiasaan baik tadi yakni shalat sunnah dan mengaji Al-Qur’an.

Tentang Al-Qur’an, mengumpulkan beberapa surat-surat yang terpisah dan dijadikan satu yakni bernama Al-Qur’an disebut ijtihad adapun urutannya dari yang pertama sampai yang terakhir itu urusan Allah. Mengumpulkan surat-surat tersebut dikatakan bid’ah khasanah. Di sela-sela penjelasannya, pa kiai pun menggiring jama’ah untuk mengingat urutan surat mulai dari al-fatihah, al-baqarah, sampai surat-surat berikutnya. Saat ditanya, surat yaasiin, urutan ke berapa? Spontan jama’ah menjawab, 36. Surat ini mudah di ingat karena sering ngaji dan diamalkan, katanya.

Mengenai Al-Qur’an, pa kiai, bahwa interfensi pemikiran selalu ada, yang mana membuat orang ragu akan memelajari Al-Qur’an. Tugas kita adalah memelajari al-Qur’an dengan sebaik-baiknya. Bahkan di jaman dahulu pun sudah ada dan sampai sekarang seperti beberapa golongan yang mengatas namakan Islam. Al-Qur’an sendiri terkait antara satu ayat dengan ayat lain. Adapun keterkaitanya yakni ada, baik langsung dan tidak langsung. Contoh yang langsung, tentang kiamat? Apaakah itu kiamaat, dll. Contoh yang tidak langsung yakni tentang orang-orang kafir, tidak selalu aya per ayat nyambung, jadi satu surat dengan surat lainnya ada keterkaitan. Semoga artikel ini bermanfaat khususnya untuk saya pribadi dan pembaca yang budiman. @Fahmi Awaludin

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun