Mohon tunggu...
Michael Liem
Michael Liem Mohon Tunggu... -

+62

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menpora Bagai Bom Waktu bagi Sepakbola Indonesia

12 April 2015   12:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:13 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Imam Nahrawi, ditugaskan sebagai Menpora di era pemerintahan Jokowi-JK. Tugas maha berat harus diembannya untuk memperbaiki prestasi olahraga bangsa ini. Di awal masa kerjanya semua kalangan dibuat kagum. Imam Nahrawi sering melakukan blusukan ke banyak tempat untuk mencari problem keringnya prestasi olahraga bangsa ini. Imam Nahrawi memang mencuri perhatian banyak kalangan pecinta olahraga, di usia yang masih tergolong muda Imam Nahrawi dirasa tepat untuk menduduki kursi kepemimpinan di Kemenpora.

Dalam kurun waktu satu bulan ini nama Imam Nahrawi kembali menjadi trending topic. Bukan karena prestasi, namun karena kontroversi. Ruwetnya kompetisi ISL tahun ini juga andil dari Imam Nahrawi. Imam Nahrawi mendirikan organisasi BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) yang memiliki tugas untuk melakukan verifikasi terhadap calon kotestan ISL. Memang ini adalah langkah positif untuk menaikkan mutu dan mendisiplinkan kontestan yang akan berkompetisi di ISL. Hasilnya pun terbukti, beberapa kontestan ISL dinyatakan tidak lolos dari verifikasi yang dilakukan BOPI.

Arema dan Persebaya adalah dua tim yang tidak lolos verifikasi BOPI. BOPI pun tidak merekomendasikan kedua tim ini untuk diikutkan di ISL 2015. BOPI megatakan bahwa kedua tim ini memiliki masalah dari sisi legalitas. Memang jika kita lihat beberapa tahun lalu sepakbola negeri ini memiliki masalah serius, terutama adanya dualisme liga. Ada dua kompetisi saat itu yakni ISL dan IPL, dualisme tim pun terjadi. Arema seolah menjadi bayi kembar yang satu mengikuti ISL sedangkan satunya menjadi kontestan IPL. Hal yang sama terjadi juga di Persebaya, ada Persebaya 1927 yang menjadi kontestan IPL, ada juga Persebaya yang menjadi kontestan Divisi Utama dibawah naungan ISL. Mungkin ini yang menjadi pangkal permasalahan legalitas yang dihadapi Persebaya dan Arema sehingga BOPI tidak merekomendasikan mereka untuk ikut turun di ISL 2015.

Tetapi patut kita catat kompetisi ISL ada dibawah naungan PSSI bukan Kemenpora. Dan BOPI pun hanya memberikan rekomendasi bukan keputusan yang wajib dipatuhi. FIFA selaku induk organisasi sepakbola dunia saja mewajibkan ISL diikuti 18 tim bukan 16 tim. Dualisme adalah masalah pelik yang bisa memakan waktu yang lama, bukan hanya dua hari seperti yang diberikan Menpora, karena masalah seperti ini biasanya diselesaikan di ranah hukum jika kedua belah pihak tidak mau islah.

Imam Nahrawi harusnya peka dan lebih pintar dalam mengambil keputusan. Efek domino dari diulurnya ISL juga tidak main-main. Setiap tim yang akan berlaga pasti sudah memperkirakan pengeluaran dalam satu musim, dengan ditundanya kompetisi pasti dana akan membengkak. Pengaruh ditundanya kompetisi pun berimbas pada Timnas , yang mayoritas pemainnya memperkuat tim lokal. Kita bisa lihat saat Timnas beruji coba denga Kamerun dan Myanmar. Para pemain seperti tidak siap untuk menjalani laga. Kompetisi yang tidak berjalan membuat pemain terlihat kaku seperti anak baru belajar main bola.

Selain itu ditundanya ISL (sekarang menjadi QNB League) juga dapat membuat hilangnya kepercayaan sponsor terhadap kompetisi negeri ini. QNB menjadi bukti bahwa ISL memiliki daya tarik bagi sponsor luar untuk berinvestasi. Jangan sampai keputusan Menpora untuk menunda liga, mencoret tim, sampai memberi surat ke Kapolri untuk tidak memberi ijin bermain menjadi bom waktu yang kapan saja siap meledak dan menghancurkan sepakbola negeri sendiri.

Tindakan Menpora dan BOPI memang benar, tim yang berlaga di kompetisi ISL harus didisiplinkan. Tetapi patut dicatat juga, sepakbola Indonesia pernah mengalami masa kelam. Dualisme tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Beri mereka waktu mereka untuk menyelesaikan masalah entah itu lewat jalur islah ataupun lewat jalur hukum. Semua perlu proses agar sepakbola Indonesia dapat berprestasi lebih baik. Kompetisi haruslah terus berjalan karena kompetisi adalah kunci dari kesuksesan sebuah Timnas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun