Selama masa pandemi Covid-19 beberapa tahun terakhir, tingkat kemiskinan dunia meningkat yang menyebabkan bertambahnya angka kelaparan kronis. Ratusan ribu korban berjatuhan dan angka kematian yang meningkat menyebabkan banyaknya keluarga yang terpengaruh secara ekonomi, karena hilangnya anggota penopang ekonomi keluarga.Â
Kondisi ini tak dapat dipungkiri turut memicu melemahnya ketahanan pangan negara. Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan negara, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia.
Setelah mengalami kemiskinan ekstrem di beberapa daerah kota dan kabupaten, pada tahun 2022 diketahui bahwa indeks ketahanan pangan Indonesia telah meningkat menurut data oleh Global Food Security Index (GSFI), bila dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Indeks tersebut diukur berdasarkan keterjangkauan harga pangan, ketersediaan pasokan pangan, kualitas nutrisi pangan, serta keberlanjutan dan kemampuan adaptasi negara.Â
Walau telah meningkat dan berada pada level 60,2, ketahanan pangan Indonesia diketahui masih berada dibawah rata-rata ketahanan pangan global dengan indeks 62,2. Walau harga pangan Indonesia ternilai cukup terjangkau bila dibandingkan dengan negara-negara lain, ketersediaan pasokan dan kualitas nutrisi pangan di Indonesia mendapat skor yang terbilang kurang apabila dibanding dengan negara Asia Pasifik lainnya.
Untuk mengantisipasi dampak dari kurangnya pasokan serta kualitas nutrisi pangan yang ada di negara kita, dan sebagai salah satu cara menyelamatkan masyarakat dari resesi ekonomi yang masih mungkin untuk terjadi, ada baiknya bila kita menanam sayur rumahan seperti cabai, terong, tomat, ataupun sayur-sayuran di lahan sekitar rumah untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual.Â
Pemerintah pun turut mendukung perilaku menanam kebutuhan pangan rumahan ini dengan mengadakan program seperti Eco Tanduran, menyediakan polybag gratis, ataupun dengan mengadakan pencerdasan menanam di lahan pekarangan rumah bagi masyarakat yang dapat dicari pada website-website di internet.