Mohon tunggu...
Michael The
Michael The Mohon Tunggu... Lainnya - B.E(Civ)(Hons)

Manusia biasa yang suka menuangkan pikirannya terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Pro Kontra biasa asal disertai pemikiran dan perasaan yang beralasan. Selamat menikmati.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Pikiran dan Perasaan #4 - "Menahan (Membatasi) Diri"

5 November 2020   22:38 Diperbarui: 5 November 2020   22:49 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Salam Sejahtera, Assalamualaikum wr wb, Shalom Alaichem
Om Swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan 

Kali ini saya ingin mengangkat sebuah pelajaran hidup yang sangat penting bagi saya sendiri dan juga mungkin bagi orang lain, terinspirasi dari menonton dan membaca kisah-kisah kesuksesan orang lain. "Menahan (membatasi) Diri", itulah judul artikel kali ini. Apa yang ditahan? Apa yang dibatasi? Bukan semangat, kemampuan maupun perilaku melainkan lebih ke gaya hidup. Apakah penting? Silahkan anda nilai sendiri diakhir bacaan ini.

Di era serba modern dan praktis sekarang ini, gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan kita sebagai manusia terutama di kalangan remaja sampai usia produktif. Di kota-kota besar, gaya hidup yang praktis, cepat, fleksibel menjadi hal yang sangat menggirukan untuk dilakukan. Bermacam aplikasi yang memudahkan kita dalam aktivitas sehari-hari bermunculan dengan inovasi, kreatifitas dan tampilan yang berbeda-beda. Didukung pula dengan beranek ragam promo menarik yang membuat mata terasa haus akan spending. 

Kecanggihan teknologi zaman sekarang mendukung masyarakat untuk melakukan segala aktivitasnya melalui perangkat elektronik seperti handphone, tab dan laptop. Suatu kemajuan yang sangat berguna tapi juga bisa sangat berbahaya jika tak digunakan dengan bijak. Namun, bukan dari sisi keamanannya yang ingin saya bahas saat ini tapi dari sisi bagaimana kita sebagai user bijak dalam mengelola aset yang kita punya dalam segala kemudahan yang kita miliki. 

Kaum milenial menjadi penikmat utama segala kemudahan saat ini namun hal ini menyebabkan kecenderungan untuk mengeluarkan dana yang besar untuk menopang gaya hidup yang kekinian. Mengikuti arus atau trend adalah salah satu contoh mendasar dimana terkadang dana yang dikeluarkan menjadi sia-sia demi mendukung gaya hidup sesaat yang belum tentu dapat bertahan lama misalnya membeli barang-barang merk terkenal, makan di restoran ternama dan lain-lain yang lebih untuk dipamerkan daripada bermanfaat bagi diri sendiri. 

Betul bahwa uang merupakan hak masing-masing orang dalam bagaimana cara mereka untuk mengaturnya. Hal-hal yang saya sebutkan diatas tidak salah dan sah-sah saja untuk dilakukan jika memang berdasarkan kemampuan individual tersebut. Tapi mungkin ada hal yang terlewatkan yaitu alokasi simpanan jangka panjang untuk menopang masa depan kita. Simpanan ini bisa dalam bentuk tabungan dan investasi. Suatu video yang baru saja muncul dikanal Youtube Boy William ini bisa menjadi satu acuan motivasi dalam topik yang saya coba bahas ini. 


Di menit ke-10, narasumber dari acara tersebut, Bapak Tung Desem Waringin (pengusaha, motivator dan pakar marketing ternama di Indonesia) berkata "Kalau masih muda menunda kesenangan terlebih dahulu, sabar, jadi jangan tampak kaya diawal-awal tapi tuanya sengsara. Jadi lebih baik diawal-awal itu disiplin menyisihkan. Terima duit berapa pun disisihkan, terus investasi yang paling menghasilkan adalah investasi leher keatas. Belajarlah segala macam investasi. Orang-orang yang kaya itu uangnya yang kerja, bukan dianya yang kerja,...". 

Dari penggalan jawaban pak TDW diatas mungkin ada yang kurang sepaham tentang "menunda kesenangan" tapi saya yakin kalimat itu tidak bisa diartikan secara langsung. 

Setiap orang berhak untuk senang/bahagia dan kebahagiaan itulah pangkal dari segala sesuatu yang baik. Masing-masing orang mempunyai cara untuk membahagiakan diri sendiri. Ada orang yang saat berkumpul bersama keluarganya sudah bahagia, ada pula yang jika ia jalan-jalan keluar negeri merasa bahagia, ada juga yang membeli mobil baru bahagia. Namun, jangan paksakan kebahagiaan kita dan mengacu pada orang lain. 

Kebahagiaan itu ada dalam diri kita. Carilah arti kebahagiaan itu dalam diri sendiri dan jangan jadikan orang lain sebagai acuan. Tahu akan kemampuan dan pandai menahan diri juga tak kala penting. Jangan memaksakan untuk makan di hotel bintang 5 agar meRASA bahagia (hedonisme) tapi sebenarnya budget itu bisa digunakan untuk makan seminggu dan akhirnya disesali. 

Jangan biarkan gengsi menguasai PIKIRan anda sehingga membuat anda terlena dan jatuh dalam perangkap keterpurukan finansial. Ada kalanya juga walaupun kita mampu, terkadang kita juga perlu meMIKIRkan apakah hal yang ingin kita beli/lakukan itu benar-benar kita butuhkan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun