Mohon tunggu...
Michael Sartika
Michael Sartika Mohon Tunggu... -

Sunday and Monday of mind - merangkak meraih pena

Selanjutnya

Tutup

Politik

Karakter Pokemon

4 November 2016   17:11 Diperbarui: 4 November 2016   17:17 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menanggapi aksi demo besar-besaran hari ini, setiap teman, saudara ataupun orang memiliki pikirannya sendiri. Selayaknya tidak ada benar atau salah dalam pikiran, hanya ada tepat atau tidak dan setiap buah pikiran adalah berharga. Namun saya berpikir dalam benak saya - "What is coming next?" atau mengira-ngira apa yang akan dilemparkan ke masyarakat menanggapi permasalahan "salah ucap" yang melibatkan pak Ahok. Saya juga berandai-andai "What if...", lalu apa yang terjadi bila pak Ahok dinyatakan bersalah dan mundur dari pilkada DKI, apakah masalah ini akan berlalu?

Saya bukanlah pendukung pak Ahok, malah saya adalah pengkritik beliau. Orang tua dan saudara-saudara saya yang begitu mengidolakan beliau saya anggap 'aneh' dan tidak objektif. Saya bahkan masih mempertanyakan beberapa kasus yang mungkin melibatkan beliau. Untungnya, di setiap tanda titik kritik saya, ada harapan. Namun saya bingung, bila kita boleh memilih seorang musuh - sebenarnya siapa musuh kita sebenarnya? Apakah seseorang yang kafir dan menghina agama? Atau seseorang yang korup dan tak terlihat? Seseorang yang mungkin menyebabkan bangsa ini terus kesulitan dan berhutang. Seseorang yang tidak mengenal 'malu' dan 'dosa', seseorang yang terus menyumpal setiap mulut kita untuk turun ke jalan. Seseorang yang menyebabkan kita, anak kita dan cucu kita tinggal dalam kesulitan ekonomi yang mengakar. Apakah kita tidak lebih muak dengan musuh tersebut?

Kemudian, saya teringat akan pembicaraan saya dengan rekan saya mengenai bagaimana Australia bisa terus bergerak maju secara ekonomi selama 25 tahun terakhir, walaupun krisis ekonomi Asia dan Amerika seharusnya berdampak pada ekonomi negara tersebut. Disebutkan dalam berita bisnis, bahwa kemajuan ekonomi Australia bukanlah sebuah kebetulan atau keberuntungan - tetapi hasil dari apresiasi kepada kontribusi penduduk tetap dan tidak tetap yang bahu membahu menciptakan lingkungan profesional dan ahli di bidangnya masing-masing. Kami membandingkan apa yang terjadi di Australia dan Kanada dengan Indonesia, dan kami percaya akan satu hal yang membedakan keduanya begitu jauh - 'mental' atau 'karakter' kebangsaan dari negara-negara tersebut.

Mental atau dalam latinnya disebut mentalis berarti mind dalam bahasa Inggris atau pikiran dalam bahasa kita. Pikiran sebagai buah dari kepercayaan, pengetahuan dan lingkungan seperti terbentuk unik dan berbeda-beda, sehingga rasanya pun unik di setiap pucuknya. Seperti karakter pokemon, setiap karakter adalah unik. Ahli dalam alamnya masing-masing. (FYI, saya tidak main pokemon hanya tahu saja).

Mengutip pada perkataan pemimpin kita Soekarno - 

"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri". 

Soekarno seperti mengingatkan kita seberapa penting karakter bangsa dalam memenangkan sebuah perjuangan. Sepertinya betul kepercayaan pemimpin kita, bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang berkarakter dan vice versa. Mungkin bangsa ini belum maju karena karakter kita yang dibiasakan korup dan diam selama berpuluh-puluh tahun. Semoga kita teringat akan jati diri kita sesungguhnya. Salam damai!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun